Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo atau big caps diyakini akan membaik di sisa tahun ini seiring dengan prospek pemulihan ekonomi yang akan berimbas positif bagi kinerja keuangan dan saham emiten.
Menurut Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta Utama, saham-saham big caps belum menunjukkan kinerja yang cemerlang sepanjang kuartal I/2021 lalu. Kondisi ini seiring dengan proses pemulihan ekonomi yang masih terus berjalan yang membuat investor masih cenderung berhati-hati untuk menaruh uangnya di pasar modal.
“Memang ada beberapa yang cukup baik, tetapi menurut saya masih terlalu dini untuk menilai prospeknya hanya dari laporan keuangan pada kuartal I/2021,” katanya saat dihubungi pada Senin (17/5/2021).
Nafan meyakini, prospek saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo masih akan cukup positif sepanjang tahun ini. Optimisme itu salah satunya didukung oleh optimisme pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi pada tahun ini.
Dia memaparkan, dengan akselerasi program vaksin virus corona di seluruh dunia, kegiatan ekonomi akan kembali normal dalam waktu yang lebih cepat. Akselerasi ini memungkinkan emiten-emiten untuk menjalankan kegiatan operasional dan bisnisnya secara optimal.
Dengan pemulihan ekonomi, maka perusahaan juga dapat melakukan aksi-aksi korporasi seperti belanja modal, ekspansi, akuisisi, dan lain-lainnya. Dengan demikian, diharapkan akan berimbas positif bagi kinerja keuangan dan saham sebuah emiten.
Baca Juga
Di sisi lain, prospek saham-saham big caps turut didukung dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang cukup optimal. Nafan memaparkan, sejumlah indicator perekonomian Indonesia masih terbilang bagus ditengah kondisi pandemi virus corona.
“Cadangan devisa kita masih bagus, neraca dagang juga bagus, indeks manufaktur juga optimal. Selain itu, akselerasi inflasi juga masih cukup terkendali. Mungkin sentimen lain yang dapat mendukung adalah upaya pemerintah dalam membenahi sektor riil untuk meningkatkan peredaran uang,” jelas Nafan.
Melihat kondisi saham-saham big caps yang tengah lesu, Nafan menyarankan investor untuk melakukan averaging down atau membeli saham ketika harganya tengah turun. Dia mengatakan, akumulasi saham-saham big caps di harga support juga bisa menjadi pilihan.
“Saat ini investor tidak perlu khawatir karena penurunan IHSG juga belum sampai 2 persen. Apabila terjadi seperti itu, maka bisa menerapkan risk management yang lebih komprehensif,” paparnya.
Sementara itu, dari sisi price to earning ratio (PER), Nafan juga merekomendasikan sejumlah saham yang dapat dikoleksi investor. Antara lain, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP),PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang PER nya berada di bawah atau mendekati 15 kali.
Selanjutnya, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. (INKP) juga dapat menjadi pilihan dengan PER di bawah 12 kali. Sementara itu, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dengan PER di bawah 10 kali juga bisa dikoleksi investor.
Sementara itu, dari sisi Price to Book Value (PBV), Nafan menyarankan investor untuk mengoleksi PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) karena harganya yang masih murah.