Bisnis.com, JAKARTA – Wilayah Asia-Pasifik terdata menyumbang 47 persen dari aktivitas pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO) global pada tiga bulan pertama tahun 2021.
Sebanyak 200 emiten telah mulai beraktivitas dan mengumpulkan dana sebanyak US$34,3 miliar pada kuartal I/2021.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan Ernst & Young (EY) Indonesia, pasar IPO global mencatat terdapat 430 transaksi yang menghasilkan dana sebesar US$150,6 miliar untuk IPO pasar tradisional yang sangat aktif dan IPO perusahaan akuisisi dengan tujuan khusus (SPAC) pada kuartal I/2021.
Angka tersebut memecahkan rekor transaksi IPO selama 20 tahun. Apalagi mengingat biasanya transaksi kuartal pertama yang cenderung lambat. Namun kali ini tren tersebut berubah, seperti diungkapkan EY Asean IPO Leader Max Loh dalam rilis resmi EY Indonesia.
“Kuartal pertama adalah periode yang biasanya kurang bergairah untuk IPO di Asean karena perusahaan bersiap untuk aktivitas pasar modal,” ungkap Max Loh dikutip pada Selasa (4/5/2021).
Sama dengan situasi global, sektor teknologi menjadi sektor IPO terbanyak dalam kuartal I/2021 dengan volume 51 IPO dan menghasilkan US$17,7 miliar yang merupakan 50 persen dana IPO terkumpul di Asia-Pasifik.
Baca Juga
Meskipun terdapat proses peninjauan baru yang dilakukan oleh regulator China, momentum IPO yang menggembirakan tersebut mencerminkan pertumbuhan ekonomi China yang positif tulis EY Indonesia.
Di China, aktivitas IPO tercatat meningkat 51 persen dengan kesepakatan 133 transaksi dan menghasilkan US$28,9 miliar secara tahun berjalan atau year on year (yoy) yang meningkat 121 persen.
Sementara itu, aktivitas IPO di Jepang disebutkan juga tetap stabil karena dana yang terus mengalir ke perusahaan startup high-tech yang menghasilkan kandidat IPO yang sehat. Kuartal I/2021 ini, Jepang mencatat 20 IPO dan telah menghimpun dana US$1 miliar.
Beralih ke wilayah Asean yang tidak turut serta memecahkan rekor, terdapat 23 IPO yang menghasilkan US$2,4 miliar, angka tersebut turun dari 32 listing yang menghasilkan US$3 miliar dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.
Tercatat bursa Thailand mengumpulkan US$1.6 miliar dari 5 IPO. Secara nomor kesepakatan, Indonesia memimpin dengan 11 IPO, disusul Malaysia 4 IPO. Filipina dan Singapura masing-masing mendaftarkan 1 IPO pada kuartal I/2021.
Aktivitas IPO Indonesia justru mengalami penurunan secara jumlah IPO selama kuartal pertama ini yaitu 12 IPO dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020 yaitu 18 perusahaan yang go public.
Namun dari segi dana yang dihimpun, Indonesia justru mengalami kenaikan dari Rp2,7 triliun menjadi Rp3 triliun pada tiga bulan pertama tahun 2021. Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat dan akan melampaui hasil IPO secara tahunan, dikarenakan pasar IPO menantikan beberapa IPO besar akhir tahun mendatang.
EY indonesia M&P Practice Leader Sahala Situmorang mengatakan, terlepas dari ketidakpastian yang membayangi karena pandemi, pasar menantikan IPO dari beberapa perusahaan swasta dan BUMN.
“Bukan hanya karena dana hasil IPO yang diperkirakan besar, tapi juga karena IPO yang ditunggu-tunggu itu terkait dengan beberapa nama besar perusahaan. Oleh karena itu, kami berharap tahun 2021 akan menunjukkan perbaikan pada lanskap IPO Indonesia,” ungkap Sahala dalam keterangan yang sama.