Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Korea Akhiri Aturan Short Selling, Investor Ritel Bisa Beraksi Kembali

Pada 3 Mei 2021, otoritas bursa Korea akan mencabut sebagian larangan yang diberlakukan pada Maret tahun lalu, terutama untuk hedge fund utama.
Bursa Korea Kospi/Reuters
Bursa Korea Kospi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Mulai minggu depan, investor di Korea Selatan dapat kembali melakukan jual beli saham dengan nyaman karena otoritas bursa setempat mengakhiri larangan terpanjang selama pandemi terhadap aksi short selling.

Kebijakan itu membuat para investor ritel yang selama ini mendominasi bursa lokal kecewa. Pada 3 Mei 2021, otoritas bursa Korea akan mencabut sebagian larangan yang diberlakukan pada Maret tahun lalu, terutama untuk hedge fund utama.

Ketika itu terjadi, pedagang individu - yang mendominasi dari sekitar tiga perempat dari volume perdagangan harian pasar di tengah pandemi - akan menemukan strategi perdagangan yang dulunya jauh lebih mudah untuk dilakukan, sebagian berkat peningkatan jumlah pialang yang mengantri untuk meminjamkan saham kepada mereka.

Namun, banyak dari mereka mengatakan mereka akan dirugikan oleh investor institusional yang lebih besar dan lebih suka short selling, yang mereka yakini akan mengurangi keuntungan mereka.

Kepala Aliansi Pemegang Saham Korea Jung Eui-jung menegaskan hedge fund memiliki lebih banyak akses informasi canggih, kekuatan finansial, dan teknik perdagangan, yang berarti bahwa ketika diizinkan untuk melakukan short selling, investor ritel tidak menghadapi medan permainan yang setara.

"Beberapa negara lebih memusuhi short selling daripada Korea Selatan, di mana banyak investor telah dirugikan olehnya," kata Eui-jung yang mengacu pada penurunan besar-besaran yang terlihat di masa lalu ketika short selling diizinkan - di antaranya adalah perusahaan bioteknologi, Celltrion Inc, yang terkena getahnya.

Aliansi Pemegang Saham Korea pada awal tahun ini meluncurkan kampanye 'bus' agar pesan anti-short-selling-nya didengar. Mereka juga mencari aturan yang 'lebih adil' seputar praktik tersebut, di antaranya bahwa investor perorangan memiliki akses ke pinjaman margin tingkat tinggi yang sama seperti investor institusional.

Korea Selatan, seperti banyak negara di dunia, melarang short selling untuk menjinakkan pasar yang dilanda pandemi awal tahun lalu. Larangan itu menyebabkan investor asing bepergian. Namun, investor ritel justru terjebak dalam lockdown di masa Covid-19 dan dipersenjatai dengan aplikasi perdagangan murah untuk mendorong pasar saham Korea.

Setelah dua kali memperpanjang larangan sementara itu, Koera sekarang menjadi satu-satunya pasar utama yang terjebak dengan larangannya. Italia dan Prancis, misalnya, hanya mempertahankan pembatasan selama beberapa bulan. Sementara itu, Indonesia yang menjadi negara terakhir selain Korea telah mengatakan pada awal tahun ini akan memungkinkan terjadinya short selling di beberapa saham.

Investor akan diizinkan untuk berdagang di saham pada benchmark Kospi 200 Index dan saham small-cap Kosdaq 150. Keputusan atas batasan perdagangan ini sudah mewakili 22 persen saham Kospi, atau 88 persen dari nilai pasar Kospi. Kemudian, terkait dengan keputusan untuk mengizinkan short selling pada saham lain diharapkan akan ditetapkan kemudian.

Setelah melalui sesi pelatihan short selling wajib selama 1,5 jam, investor ritel, yang dijuluki 'semut' karena perilaku mereka yang seperti kawanan akan merasa jauh lebih mudah untuk bertaruh melawan hot stock daripada sebelumnya.

Itu karena mereka sekarang dapat menjual saham hingga 30 juta won (US$27.000) dengan batas yang meningkat seiring waktu, dan semua 28 pialang teratas negara akan meminjamkan mereka sahamnya hingga maksimum senilai 2,4 triliun saham. Sebelumnya, hanya enam broker yang menawarkan hak istimewa short selling kepada investor ritel, dan yang ditawarkan hanya maksimal 20,5 miliar won saham.

Larangan itu akan dicabut pada saat saham di Korea Selatan melonjak ke rekor tertinggi bulan ini. Indeks acuan Kospi telah naik 12 persen sepanjang tahun ini, menambah lonjakan 31 persen pada 2020. Indeks tersebut turun 0,2 persen pada awal perdagangan Selasa, sedangkan Indeks MSCI Asia Pasifik turun 0,3 persen.

“Pedagang saham muda yang memasuki pasar tahun lalu tidak mengalami jatuhnya pasar, jadi ketika short selling dilanjutkan, pasar bisa tiba-tiba ambruk dan mereka bisa terbakar,” kata Jung dari Aliansi Pemegang Saham Korea.

Pemasok baterai kendaraan listrik SK Innovation Co., kapal pengiriman massal HMM Co., perusahaan biofarma Medytox Inc., perusahaan kosmetik Amorepacific Corp. dan Korea Aerospace Industries Ltd. termasuk di antara perusahaan-perusahaan yang harga sahamnya dinilai terlalu tinggi dibandingkan rekan-rekan mereka, dan dengan demikian dapat menjadi target untuk short seller, menurut seorang analis kuantitatif di KB Securities Co. Kim Min-gyu dalam laporannya.

Short selling adalah transaksi beli kosong. Investor meminjam dana untuk menjual saham yang tidak mereka miliki saat harga tinggi, dengan ekspektasi  bahwa saham yang di-short pasti mengalami koreksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper