Bisnis.com, JAKARTA – Tidak hanya di Amerika Serikat, pergerakan investor ritel untuk menentang transaksi short selling atau jual kosong juga dilakukan di Korea Selatan.
Berbeda dengan investor ritel Wall Street yang melakukan gerakan secara online, menyewa billboard di Times Square, dan bahkan menerbangkan spanduk dari pesawat, investor di Korsel melakukan kampanye anti short selling dengan menggunakan bus.
Dilansir dari Bloomberg, sekelompok investor ritel Korsel yang berpengaruh telah menyatakan "perang melawan para short seller," di bawah kampanye yang disebut "K-streetbets," yang mirip dengan gerakan di forum WallStreetBets Reddit yang berkoordinasi melambungkan saham GameStop Corp. untuk menghukum 'bandar' short selling.
Pada hari Sabtu (30/1/2021), Aliansi Pemegang Saham Korea yang beranggotakan investr ritel meluncurkan kampanye dengan bus agar pesan anti short selling mereka didengar.
Bus tersebut dihiasi dengan gambar kartun orang-orang dengan papan bertuliskan perkataaan seperti "Saya benci short-selling", "short-selling harus dihapuskan" dan seruan agar Financial Services Commission (FSC), regulator saham yang mengusulkan untuk melanjutkan short-selling, dibubarkan.
Bus tersebut akan mulai berkeliling ibu kota Seoul mulai Senin (1/2/2021) ini selama satu jam setiap hari hingga bulan Maret dengan rute Gedung Biru, gedung FSC, dan Majelis Nasional di distrik keuangan Seoul.
Aksi yang dilakukan oleh kelompok beranggotakan sekitar 30.000 investor ritel ini bertujuan agar larangan short seling dibuat permanen. Sebelumnya, regulator Korsel melarang sementara transaksi short selling pada Maret tahun lalu.
Seperti diketahui, short selling merupakan transaksi beli kosong. Investor meminjam dana untuk menjual saham yang tidak mereka miliki saat harga tinggi, dengan ekspektasi bahwa saham yang di-short pasti mengalami koreksi.
Korsel mengikuti langkah sejumlah negara seperti Prancis dan Italia dalam menghentikan transaksi jual kosong ini untuk meredam gejolak pasar karena pandemi memburuk.
Korsel berencana untuk memperpanjang larangan ini setelah batas waktu 15 Maret berlalu karena investor ritel yang mendominasi pasar saham melakukan lobi terhadap transaksi short selling.
Lebih dari 200.000 investor ritel di Korsel menandatangani petisi anonim yang diposting di situs web kepresidenan Korea agar Presiden Moon Jae-in menjawab petisi tersebut.
Kepala eksekutif Aliansi Pemegang Saham Korsel Jung Eui-jung mengatakan pelaku transaksi short selling adalah poros kejahatan Korea. Ia mengatakan bahwa aturan short selling Korea menguntungkan profesional dan bukan investor kecil seperti kelompok mereka.
Sebelum larangan diberlakukan, investor ritel yang mendominasi investasi di negara itu tahun lalu menghadapi pembatasan yang lebih ketat pada short-selling daripada profesional. Mereka melihat strategi perdagangan sebagai arena bermain dana lindung nilai asing yang bermaksud menyakiti para juara lokal.
Gerakan perlawanan terhadap short selling bermula di AS ketika sekumpulan investor dalam subforum WallStreetBets di Reddit bersatu untuk ‘melawan’ hedge fund yang digawangi investor institusional besar.
Dalam forum diskusi populer di AS tersebut, sejumlah orang memberikan informasi saham mana saja yang digunakan para spekulator perusahaan lindung nilai, atau hedge fund untuk short selling.
Atas dasar informasi tersebut, mereka memulai ajakan investor lain, yang sebagian besar investor kecil dan pemula, untuk melakukan pembelian saham secara akumulatif dengan tujuan mendongkrak harga dan ‘menghukum’ bandar saham di Wall Street.
Salah satu target utama mereka adalah saham GameStop. Hedge fund yang mengambil posisi short saham GameStop terkena imbasnya. Mereka merugi besar karena harus membeli saham kembali dengan harga yang lebih mahal.
Karena aksi beli saham oleh investor ritel, saham GameStop dengan cepat melambung. Saham GameStop pun meroket 1.529 persen menjadi US$325 hingga perdagangan Jumat (29/1/2021).
Sejumlah hedge fund sudah terkena ‘serangan’ ini, termasuk Point72 Asset Management milik pebisnis kawakan Steve Coven yang dibuat merugi 10 hingga 15 persen bulan lalu.
Adapun di pasar modal Tanah Air, Bursa Efek Indonesia (BEI) memperpanjang larangan transaksi short selling di tengah kondisi pasar yang kembali bergejolak. Semula, BEI berniat membuka larangan tersebut seiring kondisi pasar yang mulai pulih.
Larangan tersebut ditegaskan Bursa melalui pengumuman nomor 00030/BEI.POP/01-2021 tentang Daftar Efek Yang Dapat Ditransaksi dan Dijaminkan dalam Transaksi Marjin, yang diterbitkan Jumat (29/1/2021).
“Menegaskan kembali bahwa tidak terdapat daftar efek yang dapat ditransaksikan secara Short Selling sampai dengan waktu yang akan ditentukan kemudian,” demikian kutipan pengumuman tersebut, seperti dikutip Bisnis Jumat (29/1/2021).
Ketika dikonfirmasi, Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo membenarkan perpanjangan larangan transaksi short selling tersebut. Menurutnya, izin transaksi short selling ditunda hingga kondisi pasar mereda.
“Ya, belum [diizinkan], kita tunggu market-nya agak tenang dulu ya,” ujar Laksono kepada Bisnis, Jumat (29/1/2021) sore.