Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah meninggalkan level 6.000 seiring dengan derasnya aksi jual investor asing.
Pada perdagangan Rabu (21/4/2021) sesi II pukul 15.00 WIB, IHSG turun 0,75 persen atau 45,08 poin menjadi 5.993,24. Sepanjang sesi, indeks bergerak di rentang 5.989,98-6.025,5.
Terpantau 190 saham menguat, 290 saham melemah, dan 155 saham stagnan. Total transaksi mencapai Rp7,38 triliun jelang penutupan, dengan aksi jual bersih asing atau net sell senilai Rp585,75 miliar.
Saham pendatang baru, PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) kembali menjadi sasaran jual investor asing dengan net sell Rp203,7 miliar. Saham TAPG masih ditutup stagnan di posisi Rp715.
Selanjutnya, saham-saham big caps juga mengalami net sell dan terkoreksi, seperti BBCA (net sell Rp82,7 miliar), ASII Rp81,9 miliar, BMRI Rp64,4 miliar, BBRI Rp71,9 miliar, dan TLKM Rp44 miliar.
Sementara itu, investor asing memilih masuk ke saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) dengan net buy Rp36,8 miliar. saham UNTR naik 2,16 persen menjadi Rp22.475.
Baca Juga
Saham milik taipan Hary Tanoe, PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) juga mencatatkan net buy Rp25,1 miliar. Saham MNCN naik 4,74 persen menuju Rp1.005.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mengatakan sejak awal pandemi Covid-19, kepemilikan asing di pasar saham memang terus mengalami tren penurunan. Menurutnya, ada dua faktor utama yang menyebabkan hal tersebut.
Pertama, pertumbuhan investor domestik mengalami kenaikan pesat, yang meningkatkan partisipasi dan kepemilikan saham lokal. Kemudian kedua, kenaikan harga saham yang agresif lebih banyak terjadi pada saham-saham yang dimiliki investor lokal.
“Di sisi lain, investor asing cenderung lebih banyak berfokus pada saham-saham market cap besar atau blue chips yang dari sisi pergerakan harga tidak terlalu agresif,” katanya kepada Bisnis, Selasa (20/4/2021).
Di sisi lain, dia juga melihat adanya penurunan minat investor lokal yang ditandai dengan turunnya nilai transaksi harian yang cukup signifikan dari puncaknya pada bulan Januari lalu.
“Sehingga, porsi kepemilikan asing berpeluang untuk kembali naik ke depannya, ketika mulai terjadi capital inflow ke bursa saham Indonesia,” kata Anggaraksa.
Dia mengharapkan, kembalinya dana asing yang dikombinasikan dengan basis investor domestik yang kuat, akan membawa pergerakan IHSG ke arah yang lebih tinggi. Apalagi investor asing cenderung fokus terhadap saham blue chip yang notabene memiliki bobot lebih besar terhadap market.
“Kenaikan IHSG umumnya lebih mudah tercapai ketika diiringi oleh aksi net buy asing. Ke depan, kami melihat dengan sudah tingginya valuasi saham di AS dan imbal hasil treasury yang telah stabil, dana asing akan kembali masuk ke emerging market seperti Indonesia,” ujarnya.