Bisnis.com, JAKARTA — Volatilitas pasar dinilai penyebab dana kelolaan reksa dana secara industri kembali turun per akhir Maret 2021.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai dana kelolaan atau asset under management (AUM) produk reksa dana secara industri per 31 Maret 2021 ada di posisi Rp564,87 triliun.
Realisasi tersebut menurun 0,86 persen dari posisi akhir bulan sebelumnya yakni sebesar Rp570,79 triliun. Adapun jika dibandingkan posisi akhir 2020 lalu, AUM industri reksa dana tercatat menyusut 1,34 persen dari level Rp573,54 triliun.
Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan jika dilihat dari penurunan dana kelolaan industri terutama di akhir kuartal ini lebih dikarenakan penurunan valuasi aset seiring volatilitas pasar.
“Lebih karena penurunan saham di akhir Maret ya, obligasi juga masih belum pulih,” katanya ketika dihubungi Bisnis, Kamis (8/4/2021)
Adapun, untuk penurunan unit penyertaan disebabkan adanya net redemption untuk reksa dana terproteksi dan reksa dana pasar uang. Sementara itu pada jenis reksa dan lainnya terjadi net subscription.
Kendati demikian, penurunan unit penyertaan masih dalam ambang batas wajar, dari 434,27 miliar unit penyertaan per akhir Februari 2021 menjadi 433,55 miliar unit penyertaan per akhir Maret 2021, atau sekitar 720 juta unit penyertaan.
“Pasar uang kan memang sangat likuid, cepat subs dan cepat redeem. Lalu ada terproteksi yang cair dan belum tergantikan penerbitan baru karena pilihan obligasi saat ini juga belum banyak,” jelasnya.
Menurutnya, dana kelolaan reksa dana pasar uang akan cepat pulih mengingat jumlah investor ritel terus tumbuh dengan pesat. Sebab, Wawan menilai jenis reksa dana pasar uang dinilai menjadi salah satu uang paling digemari investor pemula.
Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat, per akhir Maret 2021 jumlah investor reksa dana mencapai 4,17 juta investor, meningkat sekitar 9,45 persen dari posisi 8,17 investor di akhir tahun lalu.
Sementara itu, Wawan memperkirakan pertumbuhan dana kelolaan April ini cenderung flat seiring volatilitas pasar yang masih akan tinggi tahun ini.
Di sisi lain, penurunan dana kelolaan yang biasanya terjadi bertepatan dengan bulan Ramadahan dan momentum jelang Lebaran, diprediksi tak akan terjadi tahun ini mengingat pemerintah masih banyak melakukan pembatasan kegiatan.
“Tahun lalu dana kelolaan waktu puasa juga tidak turun karena kita masih PSBB sehingga orang menjalani puasa dengan cara berbeda, tahun ini saya juga akan demikian karena kita masih dilarang mudik dan juga terbatas untuk berkegiatan,” tutur dia.
Kemudian, mengenai rencana investor institusi besar yang akan mengurangi porsi investasinya di reksa dana, Wawan menilai ini tak akan terlalu berpengaruh karena pengurangan investasi tersebut pasti tak akan dilakukan secara mendadak melainkan bertahap.
"Kalau AUM turun sementara itu wajar, tapi kan investor institusi lain juga banyak dan dana mereka terus tumbuh, ritel kita juga pesat sekali. Jadi enggak perlu terlalu khawatir," pungkasnya.