Bisnis.com, JAKARTA — PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku optimistis jumlah emisi efek bersifat utang dan sukuk tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya menuturkan prospek EBUS tahun ini diperkirakan relatif lebih baik dibandingkan tahun 2020. Menurutnya, hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor.
Salah satu yang utama adalah penurunan suku bunga dan melonggarnya likuiditas yang mendorong suku bunga terus menurun. Tercatat, sampai kuartal I/2021, tingkat bunga 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) masih bertahan di level 3,50 persen.
“Di samping itu, pemulihan ekonomi domestik yang masih berlanjut pada paruh waktu 2021 memberikan iklim positif pada pasar EBUS,” katanya, Selasa (6/4/2021).
Dia mengatakan, membaiknya pemulihan ekonomi global, akselerasi program vaksin nasional serta sinergi kebijakan nasional, diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kisaran 4,3—5,3 persen.
Adapun sinergi kebijakan nasional tersebut mencakup pembukaan sektor-sektor produktif dan aman, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, serta percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM.
Baca Juga
“Dengan mempertimbangkan pemulihan ekonomi serta data EBUS yang tersedia, penerbitan EBUS pada 2021 diperkirakan masih relatif lebih tinggi dibandingkan 2020,” imbuh Nyoman.
Hal ini mulai terbukti dari jumlah emisi EBUS sepanjang kuartal I/2021 yang meningkat secara tahunan.
Berdasarkan data BEI per 6 April 2021, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang kuartal I/2021 mencapai 19 emisi dengan nilai Rp20,58 triliun. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mana sepanjang kuarta I/20220 ada 14 emisi EBUS dengan nilai emisi Rp17,85 triliun.
“Jumlah emisi meningkat 26,67 persen [secara year on year], sedangkan nilai emisi meningkat 9,23 persen,” tutur Nyoman.
Jumlah tersebut diproyeksi terus bertambah di kuartal II/2021 ini. Pasalnya, saat ini BEI telah mengantongi 6 perusahaan yang berencana mencatatkan EBUS, sebanyak 7 emisi dengan total Obligasi/Sukuk korporasi yang akan dicatatkan mencapai Rp6,67 triliun.
Nyoman menilai peningkatan jumlah emisi EBUS tercatat pada kuartal I/2021 mengindikasikan dampak dari keberlanjutan pemulihan ekonomi.
Pasalnya, tingkat bunga rendah memberikan kenyamanan dan optimisme bagi perusahaan dalam menerbitkan EBUS setelah sebelumnya tertunda melakukan refinancing.
Sementara itu, ditinjau dari likuiditas di pasar modal, jumlah investor yang terus bertambah juga dinilai akan turut mendorong pertumbuhan pasar EBUS.
Tercatat, sampai akhir Maret 2021 terdapat peningkatan sekitar 25 persen untuk investor pasar modal dibandingkan akhir tahun 2020, menjadi sekitar 4,9 juta investor pasar modal.
“Kepercayaan investor memberikan keyakinan bagi perusahaan dalam menerbitkan EBUS di pasar modal dan juga memberikan optimisme bagi investor dalam berinvestasi EBUS,” pungkas Nyoman.