Bisnis.com, JAKARTA — Jumlah emisi efek bersifat utang dan sukuk (EBUS) jelang akhir tahun ini telah menyamai realisasi tahun lalu. Namun, terpaut cukup jauh dari sisi nilai emisi.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per 23 Desember 2020, total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun berjalan adalah 103 emisi dari 59 emiten. Adapun akumulasi nilai emisi sebesar Rp86,96 triliun.
Adapun, jika dibandingkan dengan tahun lalu, per 27 Desember 2019 ada 103 emisi EBUS dari 54 perusahaan tercatat. Sementara nilai emisinya jauh di atas tahun ini, yakni mencapai Rp121,95 triliun.
Sebelumnya, awal Desember ini Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan kondisi dinamis yang terjadi sepanjang paruh pertama 2020 sebagai salah satu faktor yang memengaruhi susutnya nilai emisi.
Dia mengharapkan penerbitan EBUS tahun depan dapat tumbuh lebih baik. Dia mengaku optimistis sejalan dengan perkembangan ekonomi yang juga terus membaik seperti proyeksi Bappenas yaitu mencapai 5 persen pada 2021.
Selain itu, Nyoman menilai pemerintah juga telah memberikan beberapa stimulus yang kondusif untuk mendukung para pengusaha, si antaranya dengan penurunan BI 7-days Repo Rate pada bulan November sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen.
“Dukungan kondisi makro ini diharapkan dapat menjadi katalis positif penerbitan EBUS korporasi baik saat ini maupun di tahun 2021,” kata Nyoman.
Sementara itu, pada Senin (14/12/2020) lalu, Nyoman mengatakan dalam pipeline Bursa masih ada 11 penerbit yang akan menerbitkan 12 emisi EBUS, yang mana jika memerhatikan tanggal penyampaian dokumen pendaftaran, ada 5 emisi yang berpotensi terbit sebelum tahun berganti.
Sebagai catatan, per 14 Desember 2020 jumlah emisi yang tercatat baru 101 emisi. Pun, berdasarkan pengamatan Bisnis, dalam rentang 14—27 Desember 2020 ini ada dua emisi obligasi, yang artinya di sisa hari perdagangan Bursa tahun ini masih ada kemungkinan 3 emisi EBUS.