Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) ciamik sepanjang 2020, pandemi tak menyurutkan pertumbuhan pendapatan perseroan. Walhasil, laba bersihnya pun meningkat.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2021, Rabu (31/3/2021), emiten bersandi KLBF ini mencatat penjualan neto sebesar Rp23,11 triliun meningkat tipis 2,12 persen dari periode 2019 yang sebesar Rp22,63 triliun.
Dari sisi beban pokok penjualan tercatat sedikit peningkatan menjadi sebesar Rp12,86 triliun sedikit meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp12,39 triliun.
Beban penjualan sedikit menyusut menjadi Rp5,01 triliun, dengan sedikit peningkatan pada beban umum dan administrasi menjadi sebesar Rp1,39 triliun, serta beban operasi lainnya yang meningkat menjadi Rp156,08 miliar
Walhasil, laba KLBF yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp2,733 triliun, meningkat 9,05 persen dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp2,506 triliun.
Baca Juga
Dengan demikian, laba per lembar saham dasar atau earning per share perseroan pada tahun buku 2020 menjadi sebesar Rp58,31, lebih tinggi dari tahun 2019 yang sebesar Rp53,48.
Sementara itu, total aset perseroan hingga 31 Desember 2020 mencapai Rp22,56 triliun, meningkat 11,35 persen atau Rp2,3 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp22,26 triliun.
Peningkatan utamanya terjadi pada total aset lancar yang naik menjadi Rp13,07 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp11,22 triliun. Jumlah tersebut terutama sebagai dampak dari peningkatan kas dan setara kas pada periode 2020 menjadi Rp5,2 triliun, sementara saat 2019 posisinya sebesar Rp3,04 triliun.
Adapun, total aset tidak lancar KLBF meningkat menjadi Rp9,48 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp9,04 triliun. Dengan peningkatan terutama pada aset tetap neto yang menjadi sebesar Rp8,15 triliun dari posisi tahun sebelumnya yang sebesar Rp7,66 triliun.
Dari sisi liabilitas, perseroan mendapatkan peningkatan total liabilitas menjadi Rp4,28 triliun naik 20,48 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp3,55 triliun.
Terjadi peningkatan pada dua kedua pos liabilitas jangka panjang dan jangka pendek.
Liabilitas jangka pendek perseroan meningkat menjadi Rp3,17 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,57 triliun. Peningkatan terjadi utamanya pada pos utang bank jangka pendek, utang lain-lain pihak ketiga, serta utang pajak.
Sementara itu, pos liabilitas jangka panjangnya meningkat menjadi Rp1,11 triliun dari posisi tahun 2019 yang sebesar Rp982 miliar. Peningkatan utamanya terjadi pada pos utak bank, liabilitas sewa, liabilitas pajak tangguhan, neto serta liabilitas imbalan kerja jangka panjang.
Adapun, total ekuitas perseroan meningkat menjadi Rp18,27 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp16,7 triliun. Peningkatan utamanya terjadi pada pos saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya yang menjadi Rp16,62 triliun dari posisi 2019 yang sebesar Rp15,13 triliun.
Dari sisi arus kas, posisi kas akhir tahun terjadi peningkatan menjadi Rp5,2 triliun dari perbandingan periode tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,99 triliun. Adapun, dibandingkan dengan kas awal tahun terjadi kenaikan kas sebesar Rp2,1 triliun.