Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten tambang BUMN PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) melonjak pada perdagangan sesi I, Jumat (26/3/2021). Kenaikan tersebut terjadi menjelang pengumuman holding perusahaan baterai kendaraan listrik (Indonesia Battery Corporation) hari ini.
Berdasarkan data Bloomberg, harga saham Antam bergerak naik 8,26 persen atau 180 poin ke level 2.360 dengan kapitalisasi pasar Rp56,95 triliun. Sahamnya dibuka di level 2.230.
Naiknya saham emiten bersandi ANTM tersebut berbarengan dengan rencana Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan perusahaan holding baterai di Indonesia pada hari ini.
Kementerian BUMN bersama MIND ID, PT Pertamina, PT PLN, dan ANTM akan menggelar acara Konferensi Pers Pendirian Indonesia Battery Corporation secara virtual. Rencananya agenda akan dilaksanakan pada pukul 15.30 WIB hari ini.
Sebelumnya, Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga mengatakan hingga saat ini proses pembentukan holding tersebut masih terus berlangsung. Namun, menurutnya proses itu sudah mendekati tahapan final.
"Dalam prosesnya saat ini mungkin tidak akan lama lagi EV baterai, holding ini akan jadi tidak lama, hampir sebulan, dua bulan selesai. Ini akan menjadi sebuah perusahaan yang menghasilkan EV baterai dan mengusai dari hulu ke hilir," ujarnya, Kamis (4/3/2021).
Baca Juga
Arya mengungkapkan, nantinya setelah holding ini terbentuk, akan ada banyak perusahaan-perusahaan joint venture (JV) yang akan dibentuk dari segala lini bisnis.
"Ini JV holding baterai dengan Antam, precussor dan katoda ini JV holding dengan Pertamina misalnya, kemudian nanti juga battery cell dan battery pack ini JV holding baterai dengan Pertamina dan PLN. kemudian ESS assembling itu adalah JV antara holding baterai dengan PLN misalnya, kemudian untuk recycling itu JV holding baterai dengan Pertamina," ungkapnya.
Ketua Tim Kerja Percepatan Pengembangan EV Battery Agus Tjahjana menjelaskan tim ini telah dibentuk sejak Februari 2020. Keempat perusahaan itu diberi mandat langsung oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
"Namanya IBI ini adalah holding 4 perusahaan, kira-kira kita akan share seperempat-seperempat, Industry Battery Indonesia," katanya.
Agus mengatakan, investasi yang akan dikeluarkan nantinya sangat tergantung dengan kapasitas baterai yang akan dibuat.
Untuk di hulu, pihaknya akan membuat sekitar 195 gigawatt/hour dengan sekitar 150.000 nikel per tahun dalam dua tahap. Pada tahap awal perusahaan akan membuat baterai dengan kapasitas 30 GW per hour yang akan direalisasikan pada 2026-2030.
Setelah itu, kapasitas akan ditingkatkan menjadi 140 GW/hour atau sekitar 70 persen dari 195 GW/hour.
"Berarti nanti sisanya di ekspor dalam belum cell, investasinya US$13 miliar, nah kalau bisa sampai 140 GW/hour atau 70 persen dari 195 GW/hour itu hampir mencapai US$17 miliar, tentu investasi bersama," ujarnya.