Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Obligasi Belum Kondusif, Pemerintah Bakal Sulit Serap Penawaran Secara Maksimal

Pelaku pasar masih akan memantau pergerakan US Treasury yang imbasnya akan negatif untuk yield SUN Indonesia.
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA – Tingginya biaya penerbitan (cost of fund) yang akan ditanggung pemerintah pada lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (16/3/2021) besok membuat potensi penyerapan sesuai target maksimal sulit dicapai.

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan pemerintah kemungkinan dapat menghimpun penawaran sebanyak Rp60 triliun hingga Rp70 triliun pada lelang besok.

Kendati demikian, peluang pemerintah untuk menyerap sesuai dengan target indikatif maksimal sebanyak Rp45 triliun akan sulit dilakukan mengingat semakin tingginya cost of fund yang akan ditanggung pemerintah.

Fikri memaparkan, tingginya cost of fund berkaitan dengan kondisi risiko pasar obligasi Indonesia yang masih tinggi saat ini. Hal tersebut terjadi seiring dengan tingginya imbal hasil (yield) SUN Indonesia seiring dengan penguatan US Treasury.

“Pelaku pasar masih akan memantau pergerakan US Treasury yang imbasnya akan negatif untuk yield SUN Indonesia,” katanya saat dihubungi pada Senin (15/3/2021).

Data dari laman World Government Bonds mencatat, tingkat imbal hasil obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun adalah sebesar 6,829 persen. Angka tersebut menunjukkan pelemahan sebesar 54,5 basis poin selama sebulan belakangan.

Fikri memaparkan, tingginya yield surat utang Indonesia belum diikuti oleh kenaikan kupon yang ditawarkan pada lelang besok. Hal ini membuat pemerintah kemungkinan akan menurunkan harga obligasi untuk menarik para investor.

Kendati demikian, kenaikan imbal hasil obligasi Indonesia mencerminkan tingginya risiko yang akan ditanggung investor saat masuk pada lelang besok. Hal tersebut membuat investor cenderung memasang sikap wait and see sebelum memutuskan untuk turut serta pada lelang besok.

Risiko pasar obligasi Indonesia juga ditambah dengan pergerakan nilai tukar rupiah yang cenderung menunjukkan pelemahan. Menurutnya, tren pelemahan rupiah yang berkelanjutan akan berimbas negatif untuk yield surat utang Indonesia.

“Sentimen rilis data ekspor Indonesia juga kemungkinan akan sulit mengimbangi banyaknya katalis negatif yang ada saat ini,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper