Bisnis.com, JAKARTA - Tren positif harga minyak dan biji kedelai serta siklus cuaca yang mengganggu produksi dinilai menjadi katalis utama kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Berdasarkan data dari Bursa Malaysia pada Senin (1/3/2021), harga CPO harga CPO untuk kontrak Mei 2021 sempat mencapai harga tertinggi pada 3.819 ringgit per ton sebelum tiba di harga setelmen 3.742 ringgit per ton atau naik 46 poin.
Sementara itu, harga CPO berjangka kontrak pengiriman bulan April 2021 terpantau naik 46 poin ke 3.920 ringgit per ton setelah sempat mencapai titik tertingginya pada 3.966 ringgit per ton.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono menuturkan, kenaikan harga CPO mengikuti tren positif reli harga komoditas lainnya yang juga sedang terjadi. Ia menjelaskan, penguatan harga minyak mentah yang saat ini menembus level US$60 per barel turut berimbas positif terhadap CPO.
Wahyu memaparkan, peningkatan harga minyak mentah akan membuat penggunaan biodiesel menjadi lebih kompetitif seiring dengan pergeseran tren kebijakan bauran energi yang lebih ramah lingkungan. CPO yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel bisa menjadi substitusi minyak mentah.
“Sehingga, ketika harga minyak mentah naik, wajar kalau harga CPO juga ikut naik,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).
Ia mengatakan, faktor lain yang mendukung kenaikan harga CPO saat ini adalah ancaman penurunan panen akibat fenomena perubahan iklim La Nina yang melanda negara-negara produsen CPO seperti Malaysia dan Indonesia.
Lebih lanjut, ia memaparkan, siklus cuaca La Nina memicu curah hujan tinggi di atas curah hujan normal. Berkaca pada kejadian sebelumnya, La Nina selalu diiringi dengan bencana hidrometeorologis seperti banjir dan tanah longsor.
Ia mengatakan, hambatan tersebut akan membuat aktivitas panen menjadi terganggu dan merusak stok sawit yang ada. Selain itu, frekuensi hujan yang akan lebih tinggi berpotensi menghambat pengiriman minyak kelapa sawit dan menyebabkan kenaikan harga CPO.
Selain itu, reli harga CPO juga didukung oleh lonjakan harga yang dialami oleh komoditas substitusi, yakni kacang kedelai. Ia menuturkan, harga kacang kedelai juga tengah menguat seiring keterlambatan panen di wilayah produsen seperti Brazil dan AS, serta persediaan yang mulai menipis.
Ke depan, Wahyu memperkirakan harga CPO dalam waktu dekat akan mengalami koreksi wajar. Namun, pelung pergerakan harga yang bullish masih cukup terbuka setelah menembus level 3.700 ringgit per ton.
Menurut Wahyu, harga CPO akan berada di kisaran 3.000 hingga 3.800 ringgit per ton pada kuartal I/2021. Ia menambahkan potensi CPO menguji harga diatas level tersebut pun juga masih cukup terbuka.
Sementara itu, Analis UOB Kay Hian, Leow Huey Chen dan Jacquelyn Yow juga telah merevisi perkiraan harga minyak kelapa sawit untuk tahun 2021 dari 2.600 ringgit per ton menjadi 3.000 ringgit per ton.
Dalam risetnya, Chuen dan Yow menjelaskan, reli harga yang sempat terjadi untuk minyak kelapa sawit kontrak Januari dan Februari 2021 diperkirakan akan kembali terjadi. Hal ini ditopang oleh tren positif harga minyak biji kedelai dan kekhawatiran pasar terhadap minimnya pasokan minyak kelapa sawit.
Meski demikian, reli harga CPO diproyeksi akan tersendat jelang kuartal III/2021. Hal ini disebabkan oleh perbaikan produksi sawit yang berimbas pada peningkatan jumlah cadangan CPO.