Bisnis.com, JAKARTA - Terdampak cukup dalam akibat pandemi Covid-19, penjualan ayam emiten sektor unggas atau poultry diprediksi masih berat pada 2021. Diversifikasi portofolio bisnis pada hal-hal terkait menjadi inovasi yang dilakukan.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan emiten sektor peternakan dan pengolahan, yang dominan yakni unggas, memang mengalami masa yang cukup menyulitkan.
Pasalnya, tahun pandemi Covid-19, sehingga membuat penurunan daya beli masyarakat, juga biaya produksi peternakan dengan daya jualnya yang relatif seri, khususnya penjualan ayam.
Apalagi harga pakan dan bibit ayam yang relatif tinggi dengan harga ayam di pasaran yang hanya sekitar Rp15.000 per kilogramnya.
"Ditambah lagi hasil panen yang cukup melimpah, akibat permintaan ayam yang menurun di tahun sebelumnya. juga perilaku konsumen yang lebih memilih untuk memesan makanan siap saji secara online, daripada langsung pergi ke pasar," katanya kepada Bisnis, Senin (1/3/2021).
Berbagai sentimen tersebut akan berdampak pada emiten unggas seperti PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) yang ditunjukkan pada laporan keuangan tahunannya yang pertumbuhannya minus hampir 5 persen dibandingkan dengan pendapatan 2019.
Jika dibedah lini pendapatannya, penurunan paling tajam ada di sektor pakan ternak dan pembibitan ayam. Ini juga menjadi refleksi bahwa mungkin minat masyarakat mulai menurun untuk meningkatkan pembesaran ayam.
"Kondisi ini mungkin akan berjalan cukup panjang lagi, sehingga emiten sektor unggas ini harus mencari areal bisnis yang lebih luas, yang tetap berkaitan dengan unggas," katanya.
Produk olahan unggas menurutnya bisa menjadi pilihan dan dapat diterima banyak kalangan. Dia mencontohkan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang baru saya mengekspor olahan ayam ke Qatar, juga ekspor lanjutan ke Jepang dan Republik Demokratik Timor Leste.
Selain itu, PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMUU) sendiri yang telah merampungkan RPA (Rumah Potong Ayam), dengan kapasitas 10 kali lebih banyak, hal ini tentu menguntungkan dari sisi efisiensi biaya operasional nantinya.
Adapun, manajemen menyatakan RPA baru ini sebagai langkah untuk mendukung kinerja Karkas yang menjadi sumber laba perusahaan yang paling tinggi.
Produk ayam Karkas sendiri juga mungkin bakal diterima banyak kalangan dari industri makanan dan restoran sampai ke rumah tangga, karena adanya standarisasi mutu dan kebersihan serta pengolahan, juga bisa dibeli secara online.
"Untuk prospek emiten unggas di tahun ini masih ada, karena masing-masing emiten ini juga memiliki lini bisnis yang beragam dan terintegrasi," urainya.
Frankie merekomendasikan saham JPFA, karena lini bisnisnya cukup beragam, juga untuk rasio price to book value (PBV) yang masih 1,74 kali dan juga varian produk olahannya sangat beragam. Dia merekomendasikan beli dengan target harga terdekat di level Rp2.000.