Bisnis.com, JAKARTA – Meningkatnya selera investor dan sinyal berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed) membawa rupiah ditutup menguat tipis pada perdagangan Kamis (25/2/2021).
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup naik tipis 2 poin atau 0,02 persen menuju Rp14.082 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS koreksi 0,19 persen menuju 90,002.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh kenaikan bursa saham baik di wilayah Asia maupun secara global. Hal ini menandakan kenaikan selera investor terhadap aset-aset berisiko.
“Hal ini ikut membantu penguatan mata uang rupiah,” katanya saat dihubungi pada Kamis (25/2/2021).
Penguatan rupiah juga ditopang oleh pernyataan Gubernur The Fed, Jerome Powell di hadapan Senat AS. Dalam pertemuannya, Powell mengatakan akan terus melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter guna membantu pemulihan ekonomi AS.
Di sisi lain, angka kasus positif virus corona secara global juga mulai menunjukkan perlambatan. Hal ini juga ditambah dengan progres vaksinasi virus corona yang terus berjalan di seluruh dunia.
Baca Juga
Kendati demikian, penguatan rupiah tertahan karena kenaikan tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS (US Treasury) ke level 1,43 persen. Tingkat yield tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2020 lalu.
“Kenaikan imbal hasil US Treasury juga menambah daya tarik mata uang dolar AS,” lanjutnya.
Untuk perdagangan Jumat (26/2/2021) besok, Ariston memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif. Rilis data pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV/2020, akan mempengaruhi pergerakan rupiah besok.
Ariston memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp14.050 hingga Rp14.100 pada perdagangan besok.