Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melemah menuju pelemahan bulanan kedua berturut-turut menyusul imbal hasil obligasi Treasury AS. Investor juga tengah mempertimbangkan komentar dari Gubernur The Fed mengenai pertumbuhan dan inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berjangka di bursa Comex untuk kontrak April 2021 terpantau melemah 1,7 poin atau 0,09 persen ke level US$1.796,20 per troy ounce pada pukul 11.37 WIB.
Sementara itu, harga emas di pasar spot melemah 0,35 persen atau 6,23 poin ke level US$1.798,83 per troy ounce.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,157 poin atau 0,17 persen ke level 90,019 pada pukul 11.37 WIB.
Pada hari kedua kesaksiannya di depan Kongres AS, Gubernur Federal Reserve Jerome Powell menekankan pandangannya bahwa indikator pemulihan ekonomi masih jauh dari kata tercapai. Kenaikan harga baru-baru ini juga belum mengindikasikan kenaikan inflasi yang berkelanjutan.
Sementara itu, vaksin buatan Pfizer Inc. dan BioNTech SE terbukti sangat efektif melawan virus corona dalam sebuah penelitian yang diikuti hampir 1,2 juta orang di Israel. Pakar kesehatan masyarakat menunjukkan bahwa keberhasilan imunisasi dapat mengakhiri pandemi.
Harga emas telah melemah lebih dari 5 persen pada 2021 setelah membukukan kenaikan tahunan terbaiknya dalam satu dekade. Pelemahan ini didorong oleh imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun yang naik ke level tertinggi dalam satu tahun.
Selain itu, kepemilikan reksa dana yang diperdagangkan di bursa (exchange traded-fund/ETF) didukung oleh penurunan logam mulia.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun menyentuh 1,4 persen untuk pertama kalinya sejak Februari 2020.
Kenaikan imbal hasil cenderung merugikan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi karena meningkatkan peluang kerugian dengan memiliki aset logam kuning yang tidak memberikan imbal hasil.
Goldman Sachs Group Inc. memangkas perkiraan harga emas menyusul rotasi minat investor menuju aset berisiko karena harga logam mulia ini cenderung mencatat kinerja rendah.
Australia & New Zealand Banking Group Ltd. mengatakan, meskipun imbal hasil yang lebih tinggi telah menekan pergerakan harga emas, kenaikan inflasi dan pelemahan dolar AS akan membuat harga naik tahun ini. Mereka memperkirakan harga emas kembali menyentuh US$2.000 per troy ounce pada paruh kedua tahun ini.
"Kami memperkirakan harga emas akan diperdagangkan sideways untuk kuartal berikutnya atau lebih karena aksi jual obligasi berlanjut dan investor memainkan perdagangan reflasi menuju aset berisiko," kata analis komoditas ANZ Daniel Hynes dan Soni Kumari, seperti dikutip Bloomberg.