Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Pasar Besar, Kliring Berjangka Indonesia Perkuat Ekosistem Aset Kripto

Pasar aset kripto di Indonesia sejauh ini belum mencapai potensi terbesarnya. Padahal, aset tersebut berpeluang memberikan keuntungan yang signifikan bagi investor.
Ilustrasi Bitcoin diletakkan di atas lembaran uang dolar AS./REUTERS-Dado Ruvic
Ilustrasi Bitcoin diletakkan di atas lembaran uang dolar AS./REUTERS-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA – Potensi aset-aset kripto (crypto asset) sebagai instrumen investasi yang mumpuni di Indonesia dinilai sangat besar.

Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) Tbk atau PT KBI mengatakan, pasar aset kripto di Indonesia sejauh ini belum mencapai potensi terbesarnya. Padahal, aset tersebut berpeluang memberikan keuntungan yang signifikan bagi investor apabila memiliki regulasi dan ketentuan yang baik.

Menurutnya, minat investor di Indonesia pada aset tersebut cukup besar. Dia mengatakan, sudah lebih dari 2 juta investor dari Indonesia yang menanamkan dananya pada aset jenis ini.

“Ini industri yang potensinya bagus sekali, oleh karena itu ekosistemnya kami perkuat selalu,” katanya dalam kunjungan ke Bisnis Indonesia pada Kamis (18/2/2021).

Fajar memaparkan, ekosistem aset kripto di Indonesia terdiri dari empat sektor. Pertama pedagang aset kritpo (exchanger). Sejauh ini sudah ada 13 perusahaan yang telah terdaftar perusahaan penjual kripto yang sudah terdaftar dan diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Ekosisitem kedua adalah kliring yang bertugas menjamin dan menyelesaikan seluruh transaksi aset kripto. Selanjutnya, ekosistem depository atau tempat penyimpanan aset kripto dan bursa terkait akan menjadi ekosistem keempat.

Terkait dengan bursa aset kripto, Fajar mengatakan pihaknya tengah menggarap bursa untuk aset-aset kripto di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk memperkuat ekosistem perdagangan aset kripto domestik.

Dia menjelaskan, saat ini pihaknya tengah menyampaikan permohonan izin dari Bappebti. Pada saat bersamaan, PT KBI juga terus menyiapkan infrastruktur pendukung seperti teknologi informasi, ketentuan syarat permodalan, dan lainnya.

“Untuk depository, kami juga sedang menyiapkan fasilitas yang baik dan aman. Karena, fasilitas ini benar-benar harus aman dari usaha peretas [hacker],” imbuhnya.

Secara terpisah, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Pasar Bappebti Sahudi menambahkan, dari berbagai jenis aset kripto yang telah resmi diperdagangkan, jenis bitcoin paling populer dan menguasai pasar saat ini. Sejauh ini 3 juta investor lokal yang terlibat perdagangan fisik aset kripto.

Dia menambahkan, dari awal kemunculan bitcoin, aset kripto tersebut masih diperdagangkan pada level US$5-US$7. Namun pada akhir tahun 2020, harga bitcoin melesat hingga US$29 ribu. Memasuki awal tahun 2021, kembali melesat hingga menyentuh US$50 ribu.

"Ini yang menjadi daya tarik banyak yang melakukan investasi pada aset kripto. Namun kami menyarankan hendaknya hati-hati jika ingin melakukan investasi, karena harga fluktuatif," katanya.

Fluktuasi harga di pasar aset kripto terjadi karena mekanisme pasar yang berkaitan erat dengan permintaan dan penawaran harga. Untuk itu, investasi aset kripto sebaiknya dilakukan menggunakan dana endapan.

Risiko kedua adalah likuiditas aset kripto yang berbeda-beda. Saat ini, ada 8.500 aset kripto dengan tingkat likuiditas beragam. Jika kurang likuid, maka akan kesulitan menjualnya. Belum lagi, keamanan karena bersifat digital sehingga mudah terkena malware.

Sementara itu, berdasarkan data dari laman coinmarketcap.com pada Kamis (18/2/2021), nilai kapitalisasi pasar aset kripto terpantau sebesar US$1,58 triliun. Angka tersebut naik 2,62 persen dibandingkan dengan posisi pada Rabu (17/2/2021) kemarin.

Bitcoin terpantau menjadi aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar di dunia dengan US$963,46 miliar disusul oleh Ethereum dengan kapitalisasi sebesar US$219,67 miliar. Selanjutnya, Tether memiliki kapitalisasi pasar US$33,12 miliar dan Cardano senilai US$29,27 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper