Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekor Kenaikan 2 Tahun Harga Minyak Berakhir, Siapa Biang Keroknya?

Rekor kenaikan harga minyak harus berakhir akibat sentimen penguncian atau lockdown serta munculnya varian baru virus Corona.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.
Pemandangan pipa minyak di dekat pusat penyimpanan di Cushing, Oklahoma. -/Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA — Pernyataan OPEC dan Badan Energi Internasional (IEA) terkait penguncian atau lockdown dan munculnya varian baru virus Corona mengakhiri rekor kenaikan harga minyak.

Dilansir dari Antara Jumat (12/2/2021), minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April turun 33 sen atau 0,5 persen, menjadi ditutup pada US$61,14 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) terpangkas 44 sen atau 0,8 persen menjadi US$58,24 per barel.

Pada Rabu (10/2/2021), Brent naik untuk sembilan sesi berturut-turut, menyamai rekor keuntungan beruntun yang dicapai terakhir kali pada Januari 2019. WTI juga menandai kenaikan delapan hari berturut-turut dan meadi rekor terpanjang sejak Januari 2019.

Kedua kontrak acuan ditutup pada Rabu (10/2/2021) di level tertinggi sejak Januari 2020, dan pada Kamis (11/2/2021) tetap berada di wilayah overbought dengan Relative Strength Index (RSI) lebih dari 70 untuk hari kedelapan berturut-turut.

“Harga minyak mentah mengambil momentum setelah terobosan Februari membawa harga di atas level yang menurut beberapa analis tidak dapat disentuh sampai beberapa tahun ke depan,” kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.

OPEC menyebut permintaan minyak dunia pada 2021 akan pulih lebih lambat dari perkiraan sebelumnya. Sementara itu, IEA mengatakan pasokan minyak global masih melebihi permintaan tetapi vaksin Covid-19 akan membantu pemulihan permintaan.

“Pernyataan IEA berfungsi sebagai pengingat lain bahwa minyak belum keluar dari kesulitan dan terlalu dini untuk menilai terlalu tinggi ketika satu-satunya hal yang menjaga harga pada tingkat yang sehat adalah pemotongan pasokan oleh OPEC dan sekutunya,” ujar Kepala Pasar Minyak Rystad Energy Bjornar Tonhaugen.

Harga minyak telah naik dalam beberapa pekan terakhir karena OPEC dan sekutunya di OPEC+ mengurangi produksi dan Arab Saudi menjanjikan pemotongan sukarela tambahan.

IEA mengatakan penarikan stok cepat yang diharapkan pada paruh kedua tahun ini dapat mengatur panggung bagi OPEC+ untuk mulai melepaskan pembatasan pasokan.

Tekanan harga lebih lanjut datang dari peningkatan produksi minyak di Argentina dan perkiraan peningkatan pasokan dari Libya menyusul berakhirnya blokade di Pelabuhan Hariga.

Kesulitan terus menerus yang disebabkan oleh varian virus yang muncul dan keraguan tentang efektivitas vaksin juga mengurangi sentimen. Seorang ilmuwan Inggris mengatakan varian virus korona yang ditemukan di daerah Kent kemungkinan menyapu dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper