Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Keok Jelang Libur Imlek, Bitcoin Lanjut Cetak Rekor

Pergerakan dolar AS turun tipis terhadap beberapa mata uang utama menjelang periode libur Imlek di beberapa negara Asia.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Dolar Amerika Serikat (AS) terbebani data pengangguran Negeri Paman Sam yang lebih lemah dari perkiraan dan pesan dovish dari The Federeal Reserve.

Dilansir dari Antara Jumat (12/2/2021), pergerakan mata uang bergerak terbatas pada kisaran sempit karena liburan di Jepang dan China serta beberapa negara lainnya di Asia.

Data yang dirilis Kamis (11/2/2021) menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran AS berjumlah 793.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 6 Februari dibandingkan dengan 812.000 seminggu sebelumnya.

”Laju perbaikan glasial pasar kerja membenarkan bias dovish Federal Reserve yang dapat membuat dolar rentan terhadap peningkatan kelemahan dalam jangka pendek," ujar Analis Pasar Senior di Western Union Business Solutions Joe Manimbo.

Laporan klaim pengangguran mengikuti data pada Rabu (10/2/2021) yang menunjukkan inflasi inti AS bulan lalu adalah nol terhadap ekspektasi pasar 0,2 persen.

Dalam perdagangan Kamis sore waktu setempat, euro naik sekitar 0,1 persen menjadi US$1,2134. Namun, diprediksi ke depan dolar AS akan menjadi lebih baik terhadap euro.

“Potensi pemulihan ekonomi di Eropa terlihat sangat suram saat ini,” jelas Ron Simpson, direktur pelaksana, analisis mata uang global di Action Economics di Tampa, Florida.

Indeks dolar turun sedikit ke 90,393. Sejauh ini, dolar berada di jalur penurunan mingguan terbesarnya sejak sekitar pertengahan Desember 2020.

Akan tetapi, sebelum minggu ini, dolar telah naik lebih dari US$2 sejak Januari karena investor menutup short positions ekstrim pada mata uang tersebut.

Pada Rabu (10/2/2021), Ketua Fed Jerome Powell menegaskan bahwa kerangka kebijakan baru bank sentral dapat mengakomodasi inflasi tahunan di atas 2,0 persen untuk beberapa waktu sebelum menaikkan suku bunga dan memperkuat ekspektasi pasar dari tren dolar AS yang lemah.

Beberapa analis mencatat dolar AS baru-baru ini menjadi lebih sensitif terhadap ekspektasi suku bunga. Dalam setahun terakhir, selera risiko menentukan arah dolar.

Mata uang komoditas seperti dolar Australia dan Selandia Baru juga menguat terhadap greenback. Dolar Australia - dipandang sebagai proksi likuid untuk selera risiko - naik 0,3 persen pada US$0,7749 setelah mencapai rekor tertinggi tiga minggu US$0,772 pada awal sesi.

Di sektor mata uang kripto, bitcoin mencapai rekor lain US$48.481,45 dan terus bergerak menuju US$50.000.

Bitcoin terakhir naik 6,3 persen menjadi US$47.685 atau setelah kabar BNY Mellon menjadi perusahaan terbaru yang merangkul mata uang kripto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper