Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kupon Gak Pelit, Surat Utang Wijaya Karya (WIKA) Dipastikan Laris

Salah satu penarik minat beli investor disebut berasal dari kupon yang ditawarkan mulai dari 8,5 persen untuk tenor paling pendek 3 tahun.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) sebagai Koordinator Satgas BUMN Pencegahan Covid-19 Jakarta Timur memberikan bantuan kepada rumah sakit dan puskesmas untuk penanggulangan pandemi virus corona. Istimewa
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) sebagai Koordinator Satgas BUMN Pencegahan Covid-19 Jakarta Timur memberikan bantuan kepada rumah sakit dan puskesmas untuk penanggulangan pandemi virus corona. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Surat utang yang akan dikeluarkan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. senilai total Rp3 triliun diperkirakan dapat terserap dengan baik.

Salah satu penarik minat beli investor disebut berasal dari kupon yang ditawarkan mulai dari 8,5 persen untuk tenor paling pendek 3 tahun.

Selanjutnya kupon untuk tenor 5 tahun ditawarkan sebesar 9,10 persen dan tenor paling panjang 7 tahun sebesar 9,75 persen.

Adapun, kupon yang ditawarkan itu jauh di atas suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini sebesar 3,75 persen.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan emiten dengan kode saham WIKA tersebut sudah tepat dalam menetapkan kupon.

Walaupun suku bunga acuan Bank Indonesia saat ini berada di level terendah sepanjang sejarah, risiko kredit dari perusahaan kontraktor dilihat masih tinggi pada masa pandemi.

“Untuk menarik investor harus memberikan kupon yang lebih tinggi meskipun saat ini suku bunga relatif rendah,” jelas Wawan kepada Bisnis, Rabu (10/2/2021).

Padahal, Pefindo sudah menyematkan peringkat A untuk obligasi dan sukuk yang akan diterbitkan WIKA tersebut. Peringkat itu hampir sama seperti yang didapatkan perseroan pada masa sebelum pandemi.

Melihat tujuan emisi obligasi untuk pendanaan ulang (refinancing) pokok pinjaman talangan, Wawan menilai wajar WIKA memberikan kupon yang kompetitif.

Sementara itu, sukuk yang akan digunakan untuk ekspansi dipandang akan cocok untuk proyek-proyek yang sudah pasti didapatkan.

Namun demikian, Wawan mengingatkan faktor likuiditas dari surat utang ini di pasar sekunder ketika investor memutuskan jual di tengah jalan.

Pasalnya, pasar sekunder obligasi korporasi cenderung tidak likuid dan sebagian besar investor obligasi memegang surat utang hingga jatuh tempo (hold to maturity).

Dari sisi sektoral, Wawan menilai sektor konstruksi bakal diuntungkan oleh keberadaan Sovereign Wealth Fund. Apabila benar SWF akan membantu BUMN Karya untuk mengurangi leverage, tentunya rasio utang terhadap ekuitas (DER) kontraktor pelat merah bisa turun.

“Konstruksi sebetulnya ada harapan dengan SWF. Beban utang terutama dari para kontraktor bisa tertolong,” papar Wawan.

WIKA akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap II Tahun 2021 akan diterbitkan dengan jumlah pokok Rp2,5 triliun.

Dalam waktu bersamaan, perseroan juga menerbitkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Wijaya Karya Tahap II Tahun 2020 dengan pokok Rp500 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper