Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang melemah di bawah level psikologis 6.000 akan terus berkonsolidasi di level 5.800 karena indeks disebut tengah kembali ke level fundamentalnya.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menuturkan sejak awal tahun indeks komposit menghadapi berbagai sentimen positif yang membuat euforia terhadap pasar modal menjadi berlebihan.
"Ini kenaikan yang terlalu berlebihan sejak awal tahun, euforia pasar masih sangat tinggi, IHSG pun kembali konsolidasi di tengah minimnya sentimen positif," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (29/1/2021).
Menurutnya, indeks tengah kembali ke level fundamentalnya, kembali ke level yang seharusnya berada. Pada penutupan pasar Jumat (29/1/2021), IHSG parkir di level 5.862,35 setelah melemah 1,96 persen dibanding posisi kemarin.
Ini mengakumulasi pelemahan yang terjadi selama sepekan terakhir, yakni menjadi turun 7,05 persen. Dari seluruh saham yang diperdagangkan hanya 178 yang menghijau, sedangkan 305 memerah, dan 142 lainnya menguning alias stagnan.
Padahal, di awal perdagangan IHSG dibuka menguat dan kembali menembus level 6.000. Sayangnya hal tersebut tak bertahan lama, bahkan indeks sempat menyentuh level terendahnya hari ini 5825,29.
Baca Juga
"Bisa dibilang IHSG kembali ke fundamentalnya, itu ada pengaruhnya, ke level seharusnya berada, pelaku pasar masih menantikan juga sentimen positif apa yang bisa mengangkat pasar," ungkapnya.
Reza menjelaskan kondisi IHSG saat ini berposisi di level 5.800 seperti yang terjadi pada pertengahan November menuju Desember 2020.
Kondisi IHSG mengalami kenaikan terpaksa, karena sebelumnya IHSG di awal November masih berada di 5.100, dengan adanya emergency uses vaksin BPOM, wacana sovereign wealth fund (SWF), perbaikan industri, juga meningkatkan kinerja pasar secara signifikan.
"Sentimen negatif lain juga kemungkinan datang dari pemeriksaan kasus investasi Asabri, Jiwasraya, BPJS Tenaga Kerja, lagi diperiksa," ujarnya.
Dia menilai walaupun tahap pemeriksaan, nantinya saham-saham ini bisa kembali dijual dan akan terjadi aksi jual cukup masif dari manajer investasi pengumpul dana masyarakat tersebut.
"Ibaratnya investor ritel dan lainnya memilih dari pada rugi besar lebih baik jual terlebih dahulu, aksi begini banyak dilakukan investor jadi harga saham mengalami penurunan," urainya.
Selain itu, penurunan level IHSG pun bagian dari antisipasi pelaku pasar terhadap rilis laporan keuangan (lapkeu) mengenai antisipasi penurunan kinerja, terutama perbankan yang lapkeu keluar terlebih dahulu.