Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Koreksi Indeks LQ45 Tak Sesadis IHSG, Saham SCMA Paling Turun

Pada sesi I, Indeks LQ45 turun 0,63 persen atau 6,12 poin menjadi 960,96. Sepanjang siang ini, Indeks LQ45 bergerak di rentang 943,22-972,08.
Pengunjung menggunakan ponsel memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Jumat (31/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan ponsel memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan harga saham di Jakarta, Jumat (31/1/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks LQ45 juga cenderung melemah pada perdagangan sesi I, Rabu (27/1/2021) di tengah koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Pada sesi I, Indeks LQ45 turun 0,63 persen atau 6,12 poin menjadi 960,96. Sepanjang siang ini, Indeks LQ45 bergerak di rentang 943,22-972,08.

Saham PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) turun paling dalam 5,45 persen menjadi Rp2.080. Adapun, saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. naik paling tinggi 4,66 persen menuju Rp1.795.

Adapun, saham SCMA akan didepak Bursa Efek Indonesia dalam daftar Indeks LQ45. Mengutip pengumuman BEI pada Senin (25/1/2021), saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) dan PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) berhasil kembali masuk sebagai anggota Indeks LQ45 untuk periode Februari-Juli 2021.

Kedua saham itu menggantikan posisi PT Surya Citra Media Tbk. (SCMA) dan PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) di jajaran kelompok 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar.

Sementara itu, hingga sesi I pukul 11.30 WIB, IHSG turun 0,79 persen atau 48,37 poin menjadi 6.091,8. Sepanjang pagi ini, IHSG bergerak di rentang 5.999,98-6.154,6. Terpantau 97 saham naik, 379 saham koreksi, dan 141 saham stagnan.

Total transaksi Rp12,87 triliun dan kapitalisasi pasar mengempis menjadi Rp7.128,8 triliun. Investor asing cenderung masuk dengan net buy Rp18,88 miliar.

Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mencatatkan net buy terbesar, yakni sejumlah Rp102,2 miliar. Saham TLKM pun naik 1,84 persen atau 60 poin menuju Rp3.320.

Sementara itu, saham BUMN lainnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp109,6 miliar. Saham BBRI koreksi 1,08 persen atau 50 poin ke level Rp4.600.

Saham PT BRI Agroniaga Tbk. (AGRO) menjadi yang anjlok paling dalam, yakni 7 persen menjadi Rp930. Saham farmasi PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) pun amblas 6,98 persen atau 270 poin ke level Rp3.600.

Sebelumnya, Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa IHSG saat ini dikelilingi sentimen negatif sehingga wajar pelemahan indeks tidak terbendung.

Dia menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah untuk memperpanjang masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di sejumlah wilayah Jawa-Bali telah memberatkan laju pergerakan IHSG.

Belum lagi, kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di tanah air yang dipastikan menembus 1 juta merupakan sentimen negatif bagi pasar sehingga penurunan indeks juga semakin tidak tertahan.

“Selain itu, kebijakan politik luar negeri Presiden AS Joe Biden yang lebih tegas terhadap China membuat pasar khawatir bahwa hal tersebut bisa berpengaruh terhadap hubungan perdagangan di antara kedua negara memanas,” ujar Nafan kepada Bisnis, Selasa (26/1/2021).

Padahal, hasil perilisan investasi langsung asing (PMA) Indonesia untuk kuartal IV/2020 yang berhasil di atas ekspektasi merupakan katalis positif bagi IHSG yang dapat membantu indeks menguat.

Untuk diketahui, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi di kuartal IV/2020 mencapai Rp214,7 triliun atau tumbuh 3 persen year on year (yoy).

Dari catatan BKPM, PMA tumbuh Rp111,1 triliun atau 51,7 persen dari total investasi 2020. Angka ini naik 5,5 persen (yoy) dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, PMDN tercatat tumbuh 0,7 persen (yoy) menjadi Rp103,6 triliun.

Di sisi lain, pasar juga tengah menanti hasil rapat perdana The Fed untuk tahun ini yang dijadwalkan diselenggarakan pada pekan ini. Pasar menanti komentar Ketua The Fed Jerome Powell terkait arah kebijakan moneternya tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper