Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas kembali melemah pada perdagangan Senin (25/1/2021), pelemahan ketiga beruntun seiring dengan penguatan mata uang dolar Amerika Serikat. Ekspektasi terhadap stimulus fiskal baru bakal menjadi juruselamat harga emas.
Dilansir dari Antara, Selasa (26/1/2021), harga emas berjangka Comex turun 0,05 persen ke level US$1.855,2 per ounce. Akhir pekan lalu, emas juga turun 0,52 persen menyusul pelemahan pada Kamis (21/1/2021) sebesar 0,03 persen.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap sejumlah mata uang utama lainnya menguat 0,2 persen, membuat emas yang dipatok dalam mata uang AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff mengatakan tren kenaikan dolar membuat harga logam mulia tertahan. Namun, dalam jangka panjang peluang kenaikan harga emas masih terbuka.
"Prospek inflasi ke depan mengingat semua stimulus dan pelonggaran bank sentral yang telah membuat sistem keuangan dunia dibanjiri uang tunai, itu mendukung (untuk emas) dalam jangka panjang," jelasnya.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden di sisi lain membantah kekhawatiran tentang proposal bantuan pandemi senilai US$1,9 triliun yang terlalu mahal dan menekankan perlunya bertindak cepat.
Baca Juga
Pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve dimulai pada Selasa waktu setempat. Kebijakan bank sentral AS diperkirakan akan tetap kuat dalam mode penyelamatan, dengan suku bunga mendekati nol.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasi dan membebani dolar. Permintaan emas dapat tetap kuat dalam jangka pendek dan menengah seiring dengan potensi stimulus ekonomi tambahan sehingga potensi inflasi tetap tinggi.