Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penerbitan Surat Utang Tenor Pendek Mendominasi

Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), hingga 30 November 2020 surat utang dengan tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun hampir mencakupi 83 persen dari total nilai penerbitan surat utang korporasi.
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia./Pefindo
Logo PT Pemeringkat Efek Indonesia./Pefindo

Bisnis.com, JAKARTA - Penerbitan surat utang atau obligasi dengan tenor pendek hingga menengah mendominasi pada 2020.

Berdasarkan data PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), hingga 30 November 2020 surat utang dengan tenor 1 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun hampir mencakupi 83 persen dari total nilai penerbitan surat utang korporasi.

Lebih rinci, penerbitan surat utang tenor 3 tahun mencakup 35,6 persen dari total penerbitan, disusul oleh surat utang dengan tenor 1 tahun sebesar 29,7 persen, dan tenor 5 tahun sebesar 17,4 persen.

Sementara itu, tenor panjang seperti 7 tahun dan 10 tahun hanya berkontribusi masing-masing 6,1 persen dan 3,4 persen dari total penerbitan surat utang 2020.

Adapun, pada 2020 total penerbitan surat utang hanya mencapai Rp96,6 triliun. Dari total tersebut, penerbitan obligasi masih terbesar yaitu mencapai Rp80,05 triliun, diikuti emisi sukuk sebesar Rp7,89 triliun, dan MTN Rp6,75 triliun.

Analis Pefindo Niken Indriarsih menjelaskan bahwa penerbitan surat utang ditopang oleh dua faktor utama, yaitu permintaan dari investor dan pasokan dari emiten atau pemerintah.

Kalau dari sisi emiten, umumnya cenderung memilih untuk menerbitkan surat utang dengan tenor panjang agar dapat mengatur arus kas lebih fleksibel. Namun, dari sisi permintaan, investor sangat beragam preferensi dan alasan untuk memilih sebuah aset instrumen investasinya.

“Kalau untuk 2020, bukan mau korporasi untuk memendekkan tenor surat utangnya tetapi kecenderungan dan kondisi investornya yang lebih banyak memilih ambil tenor 1-3 tahun karena ketidakpastian sepanjang 2020 akibat pandemi,” papar Niken saat Pefindo Updates, Selasa (19/1/2021).

Sementara itu, Head of Economic Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan bahwa risk appetite dari investor pada tahun ini masih sangat baik kendati di tengah rezim suku bunga rendah saat ini.

Hal itu akan menjadi pondasi kuat bagi emiten untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya mengemisi surat utang tahun ini.

“Namun, [terkait tenor surat utang] semua akan kembali lagi dari marketnya, bagaimana investor melihat risiko yang diberikan oleh aset setiap kelasnya dan dari masing-masing emiten,” papar Fikri.

Adapun, Fikri memproyeksi kondisi suku bunga acuan rendah oleh banyak bank sentral di dunia, termasuk Bank Indonesia, akan bertahan setidaknya hingga akhir 2021 hingga awal 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper