Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Khawatir Virus Corona Mengganas, Wall Street Anjlok

Pada penutupan perdagangan Senin (4/1/2021), Dow Jones turun 1,25 persen menjadi 30223,89, S&P 500 koreksi 1,48 persen menuju 3.700,65, dan NASDAQ anjlok 1,47 persen ke level 12.698,45.
Wall Street./Bloomberg
Wall Street./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat anjlok seiring dengan aksi jual akibat kekhawatiran penambahan kasus virus corona global.

Pada penutupan perdagangan Senin (4/1/2021), Dow Jones turun 1,25 persen menjadi 30223,89, S&P 500 koreksi 1,48 persen menuju 3.700,65, dan NASDAQ anjlok 1,47 persen ke level 12.698,45.

Dalam publikasi risetnya, Kepala Riset Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi menuliskan volatilitas mencengkeram pasar keuangan, memicu aksi jual saham di tengah kekhawatiran bahwa lonjakan kasus virus korona global dapat menghambat pemulihan ekonomi yang baru bangkit.

Pedagang juga gelisah menjelang pemilihan putaran kedua hari Selasa di Georgia, yang akan menentukan apakah Demokrat memiliki kendali Kongres untuk mendorong agenda Presiden terpilih Joe Biden.

Sementara ekuitas memangkas penurunan yang mendorong benchmark utama AS turun lebih dari 2 persen pada Senin pagi, S&P 500 mengalami penurunan terburuk untuk memulai tahun sejak 2016. Itu juga merupakan penurunan terbesar untuk indeks acuan dalam hampir 10 minggu.

Di sisi lain, investor melihat rata-rata inflasi AS setidaknya 2 persen per tahun selama dekade mendatang. Ekspektasi pertama kali naik setinggi itu sejak 2018.

Di pasar komoditas, reli Bitcoin gagal karena cryptocurrency yang terkenal mudah menguap turun sebanyak 17 persen. Minyak turun karena pembicaraan OPEC + secara tak terduga ditangguhkan setelah mayoritas anggota, termasuk Arab Saudi, menentang proposal Rusia untuk kenaikan pasokan Februari.

Minyak turun paling tajam dalam dua minggu dengan OPEC + belum menyelesaikan kebuntuan tentang apakah akan terus meningkatkan produksi pada saat ketika pandemi mengancam permintaan.

Harga minyak WTI turun 2,4 persen di New York bersamaan dengan aksi jual pasar yang lebih luas. Pembicaraan antara OPEC dan sekutunya akan berlanjut untuk hari kedua setelah sebagian besar anggota, termasuk Arab Saudi, menentang proposal Rusia untuk peningkatan produksi lagi pada Februari, menyusul penambahan 500.000 barel per hari bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper