Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Awal 2021 Dipengaruhi Data Inflasi, Rekomendasi Saham LQ45 Berikut

Data perekonomian tentang tingkat inflasi akan turut memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan
Pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020)./ ANTARA - Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan menguat pada awal perdaganggan 2021 seiring dengan rilis data inflasi.

Pada perdagangan hari terakhir tahun 2020, Rabu (30/12/2020), IHSG terkoreksi dan ditutup turun 0,94 persen ke level 5.979.

Sejak awal tahun, IHSG terdepresiasi 5,09 persen atau menempati posisi tiga besar indeks berkinerja baik di kawasan Asia Tenggara. Sementara di kawasan Asia Pasifik, IHSG berada di ranking sepuluh.

Presiden Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan indeks bergerak dalam zona hijau pada perdagangan perdana 2021. Jika resisten level terdekat dapat ditembus, maka indeks berpeluang mengalami kenaikan jangka pendek.

“Jelang rilis data perekonomian tentang tingkat inflasi akan turut memberikan sentimen terhadap pergerakan IHSG,” ungkap William.

William memperkirakan IHSG akan bergerak dalam kisaran 5.921 hingga 6.123 pada awal 2021.

Adapun sejumlah saham yang layak dicermati dalam perdagangan hari ini merupakan anggota Indeks LQ45 seperti AALI, ICBP, BBCA, INDF, JSMR, TBIG, dan LSIP.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan pergerakan IHSG pada awal 2021 akan dipengaruhi beberapa data perekonomian di antaranya data manufaktur dan inflasi. Selain itu, ada kekhawatiran akan semakin tingginya lonjakan kasus Covid-19 pascalibur akhir tahun.

Sementara itu, inflasi pada akhir 2020 berdasarkan perkiraan para ekonom dari konsensus Bloomberg rata-rata tercatat sebesar 1,63 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Estimasi teratas perkiraan inflasi adalah 1,80 persen dan terbawah 1,50 persen.

Ekonom Bank BCA David Sumual mengatakan bahwa inflasi akan berada di bawah target otoritas moneter yaitu 3 persen plus minus 1 persen dan juga pada anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), yaitu 3,1 persen.

“Nah, ini [inflasi Desember diperkirakan] akan di batas bawah. Kisarannya sekitar 1,6 persen sampai 1,7 persen,” katanya saat dihubungi, Minggu (3/1/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper