Bisnis.com, JAKARTA, MEDAN — PT Mark Dynamics Indonesia Tbk. (MARK) kebanjiran permintaan selama pandemi Covid-19. Para pelanggan rela membayar dengan harga lebih tunggi untuk mendapatkan produk cetakan sarung tangan perseroan.
“Barusan saja ada beberapa perusahaan yang mau membayar 50 persen lebih mahal untuk produk kami. Ini menunjukkan tingginya kualitas produk kami saat kekurangan supply di pasar,” ujar Presiden Direktur Mark Dynamics Indonesia Ridwan Goh, Minggu (27/12/2020).
Ridwan menjelaskan bahwa permintaan cetakan sarung tangan global sepanjang periode 2020 melonjak lebih dari 100 persen. Sebaliknya, pasokan produk di seluruh dunia hanya naik lebih kurang 30 persen.
Kondisi itu, lanjut dia, membawa keuntungan bagi MARK. Pasalnya, perseroan mampu memproduksi cetakan sarung tangan hingga 800.000 unit per bulan selama pandemi Covid-19 atau naik dari 600.000 unit per bulan.
MARK saat ini memiliki beberapa pelanggan di antaranya Hartalega, Top Gloves, Kossan, dan Sri Tang. Di tengah pandemi, MARK melakukan ekspansi hingga ke Tiongkok serta turut menjadi supplier bagi perusahaan besar seperti Intco, Zhong Hong Pu Lin, dan BlueSail.
MARK memprediksi telah mencakup pangsa pasar sebesar 45 persen pada 2020 seiring dengan kapasitas produksi yang naik 200.000 unit dari periode 2019. Oleh karena itu, perseroan optimistis dapat melakukan ekspansi dengan mengerek produksi hingga 1,4 juta unit per bulan.
Baca Juga
Selain itu, perseroan akan menaikkan rerata harga jual atau average selling price (ASP) hingga 15 persen. Keputusan itu menyusul tingginya permintaan cetakan sarung tangan yang bertolak belakang dengan pasokan.
“Dengan posisi neraca yang kuat dan didukung oleh kenaikan sales secara year on year sebanyak 27 persen,” imbuh Ridwan.
MARK sebelumnya sempat mengalami penurunan omzet akibat lockdown yang diterapkan oleh Malaysia pada semester I/2020. Pasalnya, sebanyak 65 persen produksi MARK diimpor ke Malaysia.
Seiring dengan pelonggaran lockdown, Manajemen MARK mengungkapkan permintaan cetakan sarung tangan dari negara tersebut menguat dan melampaui permintaan tahun 2019.