Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Rencana Ekspansi Produsen Susu Ultra (ULTJ)

Dari segi bottom line, ULTJ mencatatkan pertumbuhan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 19,5 persen menjadi Rp973,71 miliar.
Salah satu produk PT Ultrajaya Milk Industry Tbk./ultrajaya.co.id
Salah satu produk PT Ultrajaya Milk Industry Tbk./ultrajaya.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konsumer PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk., merancang sejumlah ekspansi bisnis sebagai salah satu upaya untuk mengakselerasi pertumbuhan kinerja perseroan.

Sebagai gambaran, emiten berkode saham ULTJ itu membukukan penurunan tipis 2,8 persen terhadap pendapatan hingga kuartal III/2020 menjadi sebesar Rp4,45 triliun, dari sebelumnya senilai Rp4,58 triliun.

Dari segi bottom line, ULTJ mencatatkan pertumbuhan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 19,5 persen menjadi Rp973,71 miliar dari sebelumnya sebesar Rp814,31 miliar pada kuartal III/2019.

Manager Keuangan Ultrajaya Pahala Sihotang mengatakan bahwa untuk mempertahankan posisi perseroan sebagai pemimpin pasar dan menjaga kinerja keuangan, perseroan berencana untuk memperluas jaringan distribusi terutama di luar Pulau Jawa, yaitu di Sumatra dan Kalimantan.

Sementara itu untuk distribusi di Pulau Jawa, perseroan akan meningkatkan penetrasi pedagang eceran modern dan tradisional sehingga dapat menjangkau pasar lebih agresif.

Untuk diketahui, berdasarkan data Nielsen, pangsa pasar untuk produk susu UHT milik perseroan hingga September 2020 adalah sebesar 39,3 persen yang merupakan terbesar di Indonesia, sedangkan pangsa pasar untuk produk teh siap minum (ready to drink/RTD) dalam kemasan karton sebesar 77,3 persen, juga terbesar di pasar domestik.

“Perseroan juga akan meningkatkan kapasitas produksi dengan membangun fasilitas baru baik dari sarana produksi maupun pergudangan,” ujar Pahala saat paparan publik secara daring, Kamis (10/12/2020).

Adapun, ULTJ merencanakan operasional fasilitas produksi baru itu paling lambat pada 2022. Di sisi lain, ULTJ berencana ekspansi di operasional peternakan produk susu baru untuk menjamin sumber pasokan bahan baku.

ULTJ akan berinvestasi untuk budidaya pakan peternakan, rumput dan jagung, untuk memastikan pakan berkualitas dengan harga terjangkau, melalui pembangunan pabrik makanan milik sendiri yang direncanakan dibangun di Pulau Jawa.

Kemudian, Pahala menjelaskan bahwa perseroan akan tetap mengembangkan peternakan yang berada di Sumatra dan merupakan join venture dengan PT Karya Putrajaya Persada.

ULTJ menargetkan memiliki 6.000 sapi perah dan dengan 2 tempat pemerahan berputar. Saat ini, total populasi ternak perseroan baru mencapai sekitar 3.000 ekor.

Adapun, perseroan juga mengaku sedang mencari waktu yang tepat untuk meluncurkan produk baru dalam segmen susu, seperti minuman yoghurt dan susu pasteurisasi.

PENERBITAN MTN

Untuk memudahkan merealisasikan rencana ekspansi tersebut, ULTJ pun telah menerbitkan Medium Term Notes (MTN) Ultrajaya Tahun 2020 senilai Rp3 triliun dengan tujuan membiayai dan melakukan pengembangan usaha.

MTN tersebut nantinya akan terbitkan dalam 3 seri, yaitu seri A dengan tenor 370 hari kalender, seri B dengan tenor 2 tahun, dan seri C dengan tenor 3 tahun.

Presiden Direktur Ultrajaya Sabana Prawirawidjaja mengatakan bahwa penerbitan itu juga untuk sebagai salah satu upaya perseroan untuk menjaga likuiditas perseroan di tengah tekanan pertumbuhan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

“Latar belakang penerbitan sebenarnya untuk mem-back up likuiditas perseroan, karena perseroan ada beberapa rencana investasi seperti pembuatan pabrik dan distribution centre, pengembangan peternakan, dan pengembangan sumber pakan peternakan,” papar Sabana.

Dia menjelaskan, dengan memiliki sumber pakan peternakan sendiri dapat membantu perseroan menghemat beban biaya bahan baku melalui impor substitusi dari rumput dan hay.

Penerbitan MTN itu juga sebagai salah satu strategi perseroan untuk menjaga negatif spread, agar tidak lebih dari level 2 persen.

“Lalu kenapa MTN, bukan rights issue dan lain-lain, karena MTN itu short term, cepat penerbitannya. Kami butuh speed untuk menjaga likuiditas ini,” papar Sabana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper