Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel PT Hero Supermarket Tbk. memperkirakan kinerja keuangannya tidak akan banyak berubah hingga akhir tahun 2020 seiring dengan pandemi virus corona yang masih menekan kegiatan operasi perusahaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Hero Supermarket Erwantho Siregar dalam paparan publik secara daring pada Senin (7/12/2020).
Erwantho menjelaskan, sepanjang 2020, kinerja perusahaan amat terdampak oleh pandemi virus corona. Pandemi tersebut menimbulkan sejumlah efek dan penyesuaian kebijakan yang harus dilakukan oleh emiten berkode saham HERO tersebut.
Ia mencontohkan, dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), perusahaan harus menentukan batas jam operasional gerai-gerainya, penurunan kapasitas toko serta berkurangnya jumlah pengunjung yang datang ke toko-toko milik perusahaan, yakni Giant, Hero, Guardian dan IKEA.
“Selain itu, kondisi makroekonomi Indonesia secara keseluruhan juga turut berdampak pada kinerja perusahaan,” jelasnya.
Oleh karena itu, Erwantho memperkirakan kinerja keuangan perusahaan tidak akan banyak berubah hingga akhir tahun 2020. Meski demikian, perusahaan akan tetap fokus mencari alternatif untuk meningkatkan pendapatan, efisiensi pengeluaran, dan menekan beban.
Salah satu strategi yang telah dilakukan HERO adalah meningkatkan penjualan secara online pada toko-toko yang dimilikinya. Ia mengatakan, saat ini pola belanja masyarakat telah beralih dari datang ke tempat menjadi membeli melalui situs resmi yang dimiliki perusahaan.
Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, HERO membukukan penurunan pendapatan 27,65 persen secara tahunan menjadi Rp6,86 triliun.
Adapun, perseroan memang sudah berusaha menekan beban yang tercermin dari penurunan beban pokok pendapatan 25,58 persen secara tahunan menjadi Rp5,07 triliun dan beban usaha yang juga terkoreksi 20,29 persen secara tahunan menjadi Rp2,29 triliun.
Tetapi, perseroan masih mencatatkan kenaikan signifikan dari pos beban keuangan dari hanya Rp913 juta menjadi Rp70,56 miliar, diikuti dengan penurunan penghasilan keuangan dari Rp6,13 miliar menjadi Rp937 juta.
Hal ini pada akhirnya menyebabkan kerugian perseroan semakin membengkak dari rugi yang hanya sebesar Rp6,68 miliar menjadi Rp339,46 miliar pada 9 bulan tahun 2020 ini.
Berdasarkan informasi segmennya, pendapatan dari segmen makanan masih menjadi penopang pendapatan perseroan yakni sebesar 69,25 persen diikuti segmen non makanan yang menyumbang 30,74 persen dari total penjualan pada periode tersebut.
Di sisi lain, kedua segmen penjualan tersebut juga mengalami koreksi dipimpin oleh penurunan segmen makanan sebesar 32,92 persen secara tahunan menjadi Rp4,75 miliar, dan segmen non makanan 12,09 persen secara tahunan menjadi Rp2,11 miliar.