Bisnis.com, JAKARTA - Bagai bangkit dari mati suri, satu per satu saham emiten Grup Bakrie mulai siuman dan menjadi perhatian pelaku pasar dalam sepekan terakhir. Saham emiten grup Bakrie bangkit dari level gocap, dipicu kenaikan harga komoditas dan sederet rencana aksi korporasi.
Dua saham emiten grup Bakrie yang baru siuman setelah terlelap hampir setahun adalah PT Visi Media Asia Tbk. dan anak usahanya PT Intermedia Capital Tbk.
Kemarin, saham berkode MDIA sempat naik 6 persen ke level 53 di sesi pertama walau di akhir perdagangan ditutup stagnan. Hari ini, saham MDIA naik 6 persen ke level 53.
Setali tiga uang, saham VIVA naik lebih tinggi, yaitu 11 poin atau 22 persen ke level 61 kemarin. Hari ini, saham VIVA berbalik anjlok 6,56 persen. Walaupun demikian, saham VIVA bertengger di atas 50.
Asal tahu saja, saham MDIA lama tertidur di level 50 sejak 8 Januari 2020. Saham VIVA bahkan terlelap lebih lama, yaitu sejak 1 Desember 2019.
Manuver saham MDIA dan VIVA sebetulnya merupakan susulan dari aksi serupa pada saham PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP), PT Energi Mega Persada Tbk (EMP), hingga PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Dari ketiga saham itu, hanya BUMI yang lepas landas dari level gocapan.
Kenaikan harga yang cukup pesat membuat kinerja saham secara periodik juga mengalami peningkatan. Secara bulanan, mengacu posisi harga per pukul 14.00 WIB, saham ENRG naik paling pesat.
Lorem Ipsum Sit Dolor Amet | ||||
---|---|---|---|---|
Kode Emiten | Harga Penutupan 27 November | 1D | 1M | YTD |
MDIA | 53 | 6,00% | 6,00% | 6,00% |
UNSP | 105 | 1,94% | 38,16% | 3,96% |
BRMS | 63 | -1,56% | 23,53% | 21,15% |
VIVA | 57 | -6,56 | 14,00% | -24,00% |
ENRG | 81 | -5,81% | 58,82% | 62,00% |
BUMI | 71 | -6,58% | 42,00% | 7,58% |
Kalangan analis menilai kenaikan harga saham emiten Grup Bakrie tidak terlepas dari tren harga komoditas. Ellen May Trade (EMTrade) menilai kenaikan saham BUMI terjadi seiring adanya lonjakan harga batu bara.
“Harga batu bara trennya akan terus naik sampai musim dingin. Kecenderungan naik November ini sudah sesuai perkiraan dan bisa sampai Februari [2021],” tutur tim EMTrade kepada Bisnis, Kamis (26/11/2020).
Selain karena harga yang masih rendah, sehingga dipandang lebih berpotensi menguntungkan, lonjakan lebih signifikan dari emiten lain adalah fakta bahwa BUMI memiliki anak usaha yang tampak menjanjikan.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara terpantau berada di level US$63 per ton, naik 31 persen dari level terendah pada 9 Juli 2020. Selain batu bara, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) juga naik. Harga CPO di Bursa Malaysia per pukul 14.27 WIB terpantau 3.260 ringgit per ton, naik 52 persen dari posisi terendah pada 5 Juni 2020.
Dalam catatan Bisnis, tidak hanya harga komoditas yang memicu saham-saham Grup Bakrie bangkit. Dalam satu bulan terakhir, setidaknya terdapat tiga emiten Grup Bakrie yang akan menerbitkan saham baru, yaitu BRMS, UNSP, dan PT Darma Henwa Tbk. (DEWA)
Caranya beragam, dari baik right issue maupun private placement. Bila digabung, total dana yang bisa dihimpun mencapai Rp2,19 triliun.
Semarak aksi korporasi oleh emiten-emiten Grup Bakrie dinilai kurang mampu untuk mengerek harga saham emiten terkait. Setidaknya ini terlihat dari pergerakan saham DEWA yang memang masih stagnan.
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan bahwa serangkaian aksi korporasi itu diyakini belum akan menjadi katalis positif bagi harga saham-saham emiten Grup Bakrie.
“Belum jadi katalis positif, karena saham belum likuid,” ujar Nafan kepada Bisnis, Kamis (19/11/2020).
Di sisi lain, masih ada beberapa saham emiten Grup Bakrie yang masih malas bergerak alias mager. Beberapa saham itu antara lain PT Bakrieland Development Tbk, PT Bakrie Telecom Tbk, dan PT Bakrie and Brothers Tbk. Akankah tiga emiten ini menyusul kebangkitan para saudara tuanya?