Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah masih berpeluang menguat didukung oleh masuknya dana asing ke dalam negeri.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,11 persen atau 15 poin menjadi Rp14.070 per dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (18/11/2020).
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama melemah 0,14 persen ke posisi 92,282 hingga pukul 18.06 WIB.
Nilai tukar rupiah termasuk daftar mata uang Asia dengan kinerja terburuk pada perdagangan hari ini karena posisinya tepat berada diatas mata uang baht Thailand yang juga anjlok 0,39 persen. Padahal, mayoritas mata uang Asia berusaha mengambil momentum pelemahan dolar AS pada hari ini.
Kendati demikian, ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati bahwa sejak awal bulan November, rupiah sudah mengalami penguatan signifikan sebesar 3,79 persen dan menjadi mata uang yang paling terapresiasi di antara mata uang Asia lainnya. Secara year to date, depresiasi rupiah juga mengecil menjadi hanya 1,47 persen.
“Pergerakan rupiah ini disebabkan oleh masuknya modal asing, baik ke pasar saham maupun pasar obligasi, sehingga permintaan rupiah mengalami peningkatan,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (18/11/2020).
Disebutkannya, total beli bersih asing di pasar saham tercatat sebesar US$403 juta per Selasa (17/11/2020), sementara aliran masuk pada pasar obligasi tercatat sebesar US$750 juta per Jumat (13/11/2020).
Dengan kata lain, hingga pertengahan November, total aliran modal portofolio yang masuk adalah sekitar US$1,15 miliar atau Rp16,1 triliun.
“Masuknya aliran dana ke pasar keuangan Indonesia tidak lepas dari pengaruh sentimen risk-on di pasar keuangan global, seiring dengan kemenangan Joe Biden di pemilihan presiden AS serta progres positif dari vaksin,” jelasnya.
Ke depannya, dia memperkirakan rupiah masih tetap stabil di kisaran Rp14.000 dengan beberapa faktor yang masih akan mempengaruhi.
Dari luar negeri, perkembangan Covid-19 di berbagai negara termasuk beberapa negara maju yang masih menghadapi second wave serta perkembangan vaksin masih akan mempengaruhi laju mata uang garuda.
Sedangkan, dari dalam negeri, progres pemulihan ekonomi nasional juga merupakan salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi pergerakan rupiah dalam jangka pendek.
Dihubungi terpisah, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan indikasi penguatan rupiah disebabkan oleh masuknya dana asing memang terbukti benar.
“Tentu ada hubungannya dengan inflow. Nah, inflow ini dipicu oleh beberapa sentimen positif yang terjadi belakangan ini di pasar keuangan baik eksternal maupun internal,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (18/11/2020).
Dia memperkirakan, potensi rupiah bergerak di bawah level psikologis Rp14.000 hingga akhir tahun masih terbuka lebar. Hal ini dipengaruhi oleh berita positif tentang vaksin yang terus berkembang dan terjadinya pemulihan data-data ekonomi dalam negeri.
Dana Asing Masuk Rp16 Triliun, Rupiah Bakal Energik
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot turun 0,11 persen atau 15 poin menjadi Rp14.070 per dolar AS pada akhir perdagangan Rabu (18/11/2020).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ria Theresia Situmorang
Editor : Hafiyyan
Konten Premium