Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Batu Bara Berharap Besar Terhadap Pemulihan Covid-19

Emiten batu bara menantikan perkembangan kondisi pandemi Covid-19 tahun depan sebelum merencanakan strategi pemulihan kinerja.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA - Perkembangan kondisi pandemi Covid-19 pada tahun depan akan menjadi fokus utama emiten pertambangan batu bara sebelum memutuskan rencana strategis untuk memulihkan kinerjanya yang kompak terkontraksi pada tahun ini.

Sekretaris Perusahaan PT United Tractors Tbk. Sara K. Loebis mengatakan, belum dapat menyampaikan indikasi apapun terkait rencana strategis perseroan pada tahun depan seiring dengan ketidakpastian yang masih hinggap di pasar akibat pandemi Covid-19.

Sikap kehati-hatian emiten bersandi saham UNTR itu pun masih dilakukan kendati harga batu bara global telah menunjukkan tren kenaikan sejak awal kuartal IV/2020.

Untuk diketahui, pada penutupan perdagangan Jumat (13/11/2020) harga batu bara newcastle untuk kontrak Desember 2020 parkir di level US$62,6 per ton. Sepanjang perdagangan satu bulan terakhir harga telah bergerak menguat hingga 13,51 persen.

“Semoga bisa semakin baik ya [harga batu bara]. Namun, tampaknya para pelaku penambangan masih wait and see untuk memantau konsistensi harga tersebut,” ujar Sara kepada Bisnis, Jumat (13/11/2020).

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk. Arviyan Arifin memperkirakan kondisi pasar batu bara tahun depan belum akan sepenuhnya pulih sebagaimana kondisi sebelum pandemi Covid-19.

Oleh karena itu, emiten berkode saham PTBA itu masih akan mempertimbangkan sentimen pandemi Covid-19 dalam penyusunan proyeksi produksi dan penjualan untuk tahun depan.

Namun, Arviyan memastikan volume produksi PTBA tidak akan lebih rendah daripada panduan tahun ini seiring dengan tren peningkatan permintaan dan harga batu bara yang terjadi sejak awal kuartal IV/2020.

Untuk diketahui, PTBA menargetkan produksi sebesar 25,1 juta ton dari dan  volume penjualan batu bara sebesar 24,9 juta ton hingga akhir tahun ini.

“Volume masih dikaji, kami sedang susun rencana kerja anggaran 2021, tapi belum final.  Insyaallah kami berkeyakinan tidak lebih rendah dari tahun ini. Kami akan terus memperdalam dan mempertajam asumsi kami untuk menyusun rencana kerja baik produksi, penjualan, maupun pendapatan dan laba untuk tahun depan,” ujar Arviyan saat paparan kinerja.

Sementara itu, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava menargetkan panduan volume produksi perseroan pada tahun depan mencapai 90 juta ton, lebih tinggi daripada target tahun ini di kisaran 83 juta -85 juta ton.

Optimisme itu pun seiring dengan ekspektasi pemulihan kondisi pasar akibat pandemi Covid-19 dan lingkungan ekonomi geopolitik yang lebih kondusif pada 2021.

Selain itu, emiten berkode saham BUMI itu berharap dapat meningkatkan sekitar 10 persen volume produksi di tambang Arutmin pada 2021, termasuk produksi kalori tinggi, sehingga dapat meningkatkan kinerja.

“Upaya kami akan terus memantau dan mengoptimalkan beban biaya sebanyak yang kami bisa, meningkatkan margin, memproduksi lebih banyak batubara berkualitas tinggi dari Arutmin seiring dengan prospek kenaikan harga yang akan membantu kami meningkatkan kas dan mempercepat pembayaran hutang,” ujar Dileep kepada Bisnis, Jumat (13/11/2020).

Di sisi lain, Presiden Direktur sekaligus Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir mengatakan bahwa pihaknya mulai melihat beberapa tanda rebalancing di pasar batu bara berkat disiplin terhadap suplai.

“Kami tetap merasa optimis terhadap fundamental industri di jangka panjang, dan akan berfokus untuk menjaga kas, memperkuat struktur permodalan dan posisi keuangan,” ujar Garibaldi dikutip dari keterangan resminya.

Selain itu, Head of Corporate Communication Division Adaro Energy Febriati Nadira mengatakan bahwa perseroan akan menggenjot kontribusi produksi batu bara kokas keras (hard cooking coal) sebagai salah satu upaya diversifikasi portofolio bisnis.

“Kami telah melakukan diversifikasi dalam pilar  Adaro Mining  dengan masuk ke bisnis coking coal yang akan terus kami kembangkan,” papar Febriati kepada Bisnis, belum lama ini.

ADRO akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang milik perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper