Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Tembus 3.300 Ringgit per Ton, Masih Bisa Naik Lagi?

Penurunan produksi akibat hambatan cuaca, ditambang dengan kenaikan permintaan di sejumlah negara, diperkirakan mengerek harga CPO lebih lanjut.
Tandan buah segar/Bisnis.com
Tandan buah segar/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) terus mengalami penguatan dan telah menyentuh level 3.300 ringgit per ton. Potensi kenaikan lebih lanjut terbuka lebar seiring dengan siklus cuaca yang menghambat produksi komoditas ini.

Berdasarkan data dari laman Bursa Malaysia pada Rabu (11/11/2020), harga minyak kelapa sawit untuk pengiriman Januari 2021 sempat mencapai level 3.326 ringgit per ton sebelum tiba pada settlement price 3.256 ringgit per ton atau naik 54 poin dari posisi pembukaan senilai 3.305 ringgit per ton.

Kenaikan harga komoditas ini salah satunya disebabkan oleh penurunan persediaan CPO. Laporan dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menyebutkan, jumlah persediaan minyak kelapa sawit Malaysia pada Oktober turun 8,6 persen secara bulanan ke level 1,57 juta ton. Jumlah tersebut merupakan persediaan CPO terendah sejak Juni 2017 lalu.

Sementara itu, produksi CPO juga terkontraksi 7,8 persen secara bulanan ke 1,72 juta ton atau jumlah tersendah sejak Mei lalu. MPOB menyebutkan, penurunan ini disebabkan oleh musim hujan dan keterbatasan jumlah pekerja di lahan perkebunan sawit.

Direktur PT TRFX Berjangka Ibrahim menjelaskan, melesatnya harga minyak kelapa sawit didukung oleh faktor cuaca pada sejumlah negara eksportir utama seperti Malaysia dan Indonesia yang memasuki musim hujan dan siklus cuaca La Nina.

Sementara itu, sejumlah wilayah penghasil buah sawit di Malaysia juga masih berada dalam fase lockdown. Hal tersebut, ditambah dengan iklim yang tidak menentu, menghambat para pemilik lahan untuk melakukan panen raya sawit.

Di sisi lain, negara-negara produsen juga menghadapi kenaikan permintaan terhadap minyak kelapa sawit. Ibrahim mengatakan, peningkatan permintaan akan terjadi pada sejumlah negara di Asia seperti China, Korea Selatan, Jepang, dan India.

“Khusus di India, tingkat permintaannya akan lebih tinggi karena mereka akan memasuki perayaan hari Diwali pertengahan November,” katanya saat dihubungi pada Rabu (11/11/2020).

Ke depannya, Ibrahim mengatakan faktor cuaca masih akan berperan besar dalam mengerek naik harga CPO hingga akhir tahun 2020. Ibrahim menerangkan, Kondisi cuaca yang tak menentu juga akan berdampak pada terhambatnya pengiriman minyak kelapa sawit.

“Di sisi lain, permintaan pada akhir tahun juga akan meningkat karena menyambut hari natal dan tahun baru,” imbuhnya.

Sementara itu, dari dalam negeri, rencana pemerintah Indonesia mengembangkan bahan bakar biodiesel juga mengerek naik harga CPO. Ibrahim menjelaskan, memasuki kuartal IV/2020, negara akan kembali fokus mengembangkan bahan bakar B30 yang melambungkan permintaan minyak kelapa sawit di Indonesia.

Selain itu, harga CPO juga akan ditopang oleh prospek stimulus fiskal dari Amerika Serikat. Menurut Ibrahim, saat ini muncul kemungkinan bahwa pemerintah atau bank sentral AS akan menggelontorkan stimulus pada November ini.

“Harga CPO masih dapat menembus 3.600 ringgit per ton hingga 3.800 ringgit per ton pada akhir tahun 2020,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper