Bisnis.com, JAKARTA - Lelang surat berharga syariah negara, Selasa (10/11/2020), menghasilkan penawaran masuk senilai Rp22,63 triliun.
Berdasarkan siaran pers Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), pemerintah telah melakukan lelang surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara.
Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp22,63 triliun untuk lima seri SBSN yang terdiri atas 1 surat perbendaharaan negara syarian (SPN-S) dan empat project based sukuk (PBS).
Hasil lelang menunjukkan penawaran terbanyak masuk untuk seri PBS028 yang jatuh tempo 15 Oktober 2046 dengan total Rp8,005 triliun. Dari penawaran yang masuk, yield atau imbal hasil rerata tertimbang yang dimenangkan 7,31 persen dengan jumlah nominal dimenangkan Rp4,35 triliun.
Seri selanjutnya yang paling diincar oleh investor yakni PBS026 yang jatuh tempo 15 Oktober 2024 dengan total penawaran masuk Rp5,409 triliun. yield rerata tertimbang yang dimenangkan 5,12 persen dengan jumlah nominal yang dimenangkan Rp1,6 triliun.
Adapun, total nominal yang dimenangkan dari keenam seri yang ditawarkan senilai Rp10 triliun.
Baca Juga
Seri | Jatuh Tempo | Penawaran Masuk | Jumlah Dimenangkan | Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan |
SPNS11052021 | 11 Mei 2021 | Rp2,121 triliun | Rp1 triliun | 3,02% |
PBS027 | 15 Mei 2023
| Rp2,035 triliun | Rp1,150 triliun | 4,45%
|
PBS026 | 15 Oktober 2024 | Rp5,409 triliun | Rp1,6 triliun | 5,12%
|
PBS025 | 15 Mei 2033 | Rp5,061 triliun
| Rp1,9 triliun | 6,8%
|
PBS028 | 15 Oktober 2046 | Rp8,005 triliun | Rp4,350 triliun | 7,31%
|
Sumber: Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu)
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan, hasil lelang sukuk kali ini dipengaruhi oleh terpilihnya Joe Biden sebagai presiden baru Amerika Serikat. Hal tersebut menimbulkan harapan dari pelaku bahwa kondisi pasar global akan lebih kondusif dibandingkan dengan masa pemerintahan Donald Trump.
Ia melanjutkan, rampungnya pemilihan presiden AS juga membuat para pelaku pasar perlahan-lahan kembali ke pasar obligasi Indonesia. Hal tersebut karena mulai berkurangnya tingkat volatilitas global.
“Kondisi pasar sekunder obligasi Indonesia juga saat ini menunjukkan tren penguatan dalam 4 hari terakhir,” katanya saat dihubungi pada Selasa (10/11/2020).
Dari dalam negeri, Ramdhan mengatakan penguatan nilai rupiah terhadap dolar AS juga membuat para pelaku pasar menilai saat ini menjadi momen yang tepat untuk kembali masuk ke Indonesia melalui instrumen obligasi.
Ramdhan mengatakan, investor domestik masih menjadi tumpuan hasil lelang sukuk hari ini. Hal ini terlihat dari jumlah penawaran seri bertenor panjang, PBS028, yang cukup besar.
“Seri tenor panjang kebanyakan dibeli oleh investor dari Dana Pensiun maupun Dana Asuransi karena menawarkan yield yang lebih tinggi,” jelasnya.