Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk., akan menandatangani kontrak kerja sama terkait proyek gasifikasi batu bara pada bulan ini.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan bahwa perseroan tengah menyiapkan kerja sama secara legal atau dalam proses pembahasan draf kerja sama gasifikasi batu bara dengan AirProduct dan Pertamina.
“Kami harapkan bisa tanda tangan pada November tahun ini apabila kesepakatan bisnisnya sudah sepakat,” ujar Arviyan saat paparan kinerja kuartal III/2020 Bukit Asam secara daring, pada Jumat (6/11/2020).
Untuk diketahui, emiten berkode saham PTBA itu tengah mengembangkan penghiliran batu bara dengan membangun pabrik pemrosesan batu bara menjadi dymethil eter (DME) yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan.
Persiapan konstruksi proyek hilirisasi direncanakan dimulai pada pertengahan 2021 dan target operasi pada kuartal II/2024.
Pabrik penghiliran batu bara tersebut akan mengolah sebanyak 6 juta ton batu bara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton DME yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG.
Baca Juga
Hadirnya DME sebagai bahan bakar alternatif bisa membantu menekan impor LPG dan menghemat devisa negara. Berdasarkan hitungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, potensi penghematan negara bisa mencapai Rp8,7 triliun.
Adapun, total investasi proyek tersebut sebesar US$2,1 miliar atau setara Rp30,07 triliun dengan asumsi kurs Jisdor pada Jumat (6/11/2020) di posisi Rp14.321 per dolar AS.
Arviyan menuturkan bahwa nilai investasi tersebut sepenuhnya atau 100 persen akan ditanggung oleh Air Product, sedangkan PTBA bertanggung jawab menyuplai kebutuhan batu bara untuk DME dan Pertamina akan bertindak sebagai pembeli produk DME. Dengan demikian, PTBA tidak akan menanggung beban risiko finansial dan konstruksi.
Namun, PTBA diberikan opsi untuk mendapatkan saham setelah proyek tersebut beroperasi dan menghasilkan gas selama 1 tahun.
“"Kami diberikan opsi untuk memiliki saham di perusahaan tersebut yang jangka panjang proyek ini BOT [build, operate & transfer]. Jadi, setelah 20 tahun pabrik ini akan dimiliki oleh JV [joint venture] PTBA dan Pertamina. Itu opsi setelah berproduksi 1 tahun," ujar Arviyan.