Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Menghangat, PTBA Optimistis Kinerja Kuartal IV Meningkat

Batu bara PTBA pada kuartal IV/2020 sudah habis terjual sesuai dengan rencana target panduan pada tahun ini.
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin menjelaskan tentang potensi investasi batu bara sebagai subtitusi gas elpiji pada pencanangan pembangunan pabrik hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di tambang Peranap PT Bukit Asam di Kabupaten Inhu, Riau, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-FB Anggoro
Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arviyan Arifin menjelaskan tentang potensi investasi batu bara sebagai subtitusi gas elpiji pada pencanangan pembangunan pabrik hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di tambang Peranap PT Bukit Asam di Kabupaten Inhu, Riau, Kamis (7/2/2019)./ANTARA-FB Anggoro

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bukit Asam Tbk., optimistis kinerja kuartal IV/2020 dapat membaik seiring dengan kenaikan harga batu bara sehingga dapat membatasi penurunan kinerja yang terjadi pada kuartal sebelumnya.

Direktur Niaga Bukit Asam Adib Ubaidillah mengatakan bahwa pasar industri batu bara secara keseluruhan memasuki kuartal akhir tahun ini telah berangsur pulih tercermin dari membaiknya permintaan dan harga batu bara.

Dia mengaku penjualan batu bara perseroan pada kuartal IV/2020 sudah habis terjual sesuai dengan rencana penjualan berdasarkan target panduan pada tahun ini.

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa terdapat penjualan ke China dengan jumlah cukup besar pada kuartal IV/2020 yang diharapkan dapat terealisasi dengan baik.

“Sudah bisa tercapai hingga Desember secara volume. Tentu saja ini akan membuat kami menghasilkan kenaikan dalam profit pendapatan untuk ekspor dan profit penjualan untuk batu bara kalori tinggi,” ujar Adib saat paparan kinerja Kuartal III/2020 Bukit Asam secara daring, Jumat (6/11/2020).

Untuk diketahui, harga batu bara Newcastle untuk kontrak Desember 2020 pada penutupan perdagangan Kamis (5/11/2020) berada di level US$62,4 per ton, terapresiasi 2,13 persen atau 1,3 poin.

Sementara itu, mengutip data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), harga batu bara acuan (HBA) pada November 2020 naik ke level US$55,71 per ton, lebih tingg dari posisi Oktober 2020 sebesar US$51 per ton. Level itu pun merupakan harga tertinggi sejak 6 bulan terakhir.

Senada, Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan bahwa perseroan melihat adanya tren peningkatan permintaan dan harga dalam dua bulan terakhir dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya.

Adapun, hingga kuartal III/2020 volume produksi emiten berkode saham PTBA itu sebesar 19,4 juta ton turun 10 persen dibandingkan dengan kuartal III/2019. Volume itu setara dengan 77 persen dari target tahun ini yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton.

Selain itu, volume penjualan juga menurun 9 persen secara year on year (yoy) menjadi 18,6 juta ton sedangkan kinerja angkutan batu bara terjaga di kisaran 17,7 juta ton.

Arviyan menjelaskan bahwa penurunan kinerja itu seiring dengan melemahnya harga batu bara sekitar 24 persen sepanjang tahun berjalan hingga September 2020 dan penerapan kebijakan lockdown di beberapa negara tujuan ekspor.

“Selain itu, ada penurunan penjualan batu bara domestik oleh PLN karena melemahnya permintaan energi. Hampir 50 persen tidak tercapai ke PLN sebab rendahnya permintaan. Ini ngaruh ke penjualan,” ujar Arviyan.

Di sisi lain, melemahnya kinerja operasional itu juga berpengaruh terhadap kinerja keuangan perseroan. Pada kuartal III/2020, PTBA membukukan penurunan pendapatan pada kuartal III/2020 sebesar Rp12,84 triliun, terkoreksi 20,95 persen daripada perolehan kuartal III/2019 sebesar Rp16,25 triliun.

Sejalan dengan itu, PTBA juga mencatatkan penurunan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 44,27 persen menjadi Rp1,74 triliun pada kuartal III/2020 dibandingkan dengan kuartal III/2019 sebesar Rp3,1 triliun.

“Namun, ini patut disyukuri karena tidak banyak perusahaan yang bisa survive dan malah untung dalam era pandemi ini. Kami termasuk perusahaan yang masih bisa mencetak laba Rp1,7 triliun yang juga didukung faktor efisiensi yang dilakukan terus menerus,” papar Arviyan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper