Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Masih Fokus pada Stimulus AS, Bursa Asia Variatif

Dilansir Bloomberg pada Senin (26/10/2020), indeks Topix terpantau melemah 0,09 persen, sedangkan indeks Nikkei 225 menguat 0,12 persen. Sementara itu, indeks Kospi menguat 0,13 persen.
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg
Investor mengamati papan perdagangan saham di sebuah kantor perusahaan sekuritas di Shanghai, China./ Qilai Shen - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia memulai perdagangan pekan ini dengan pergerakan variatif, di tengah penantian investor terhadap kejelasan paket stimulus AS serta kekhawatiran terhadap melonjaknya infeksi Covid-19 harian di AS.

Dilansir Bloomberg pada Senin (26/10/2020), indeks Topix terpantau melemah 0,09 persen, sedangkan indeks Nikkei 225 menguat 0,12 persen. Sementara itu, indeks Kospi menguat 0,13 persen.

Kontrak berjangka indeks S&P 500 Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan Kongres dapat mengesahkan stimulus bantuan pandemi minggu ini, meskipun peluang tercapainya kesepakatan sebelum pemilihan umum pekan depan masih sangat kecil.

Investor masih fokus pada kemungkinan kesepakatan paket stimulus saat pemilu November semakin dekat. Namun, kekhawatiran meningkat bahwa lonjakan kasus virus dapat memaksa penutupan bisnis tambahan. AS mencatat lebih dari 85.000 kasus Covid-19 harian, rekor tertinggi saat ini.

“Ada insentif yang sangat terbatas di kedua belah pihak untuk menyelesaikan kesepakatan,” ungkap manajer portofolio TCW, Joseph Shaposhnik, seperti dikutip Bloomberg.

Kepala staf Presiden Donald Trump mengatakan AS tidak akan mengendalikan pandemi. Sementara itu, kepala staf Wakil Presiden Mike Pence dinyatakan positif Covid-19, sehingga meningkatkan kemungkinan wabah lain di Gedung Putih.

Sementara itu, China tengah merencanakan kembali strategi internasionalisasi mata uang yuan. Seorang pejabat senior People’s Bank of China menyerukan agar lebih proaktif dengan kebijakan untuk mendukung pasar, termasuk meningkatkan perjanjian pertukaran mata uang bilateral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper