Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet masih melanjutkan reli penguatan usai produsen utama memperketat pasokan, sedangkan permintaan dari China sebagai importir utama meningkat.
Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (15/10/2020), harga karet untuk kontrak Maret 2021 di Tokyo Commodity Exchange (Tocom) ditutup menguat 0,15 persen atau 0,3 poin ke level 197,6 yen per kilogram, menandai penguatan mingguan keduanya.
Analis dari broker Yutaka Shoji, Gu Jiong, mengatakan harga karet didukung oleh minimnya pasokan lateks mentah sejak Agustus yang terutama disebabkan oleh dampak Covid-19 dan prospek pemulihan permintaan China sejak September.
"Permintaan sarung tangan karet tumbuh tetapi pasokan lateks untuk karet lembaran dan karet blok sudah turun lebih dari 10 persen. Hal ini mungkin akan memengaruhi pasar dalam jangka pendek,” katanya, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (15/10/2020).
Tetapi ia memprediksi harga karet di Tokyo mungkin perlu istirahat setelah meningkat dalam lima hari terakhir. Harga karet bisa menguat hingga 200 sampai 205 yen per kilogram untuk jangka pendek, dan 205,5 yen dipatok sebagai tingkat resistensi teknikal.
Menurut Asosiasi Negara Produsen Karet Alam, konsumsi karet diperkirakan akan meningkat pada empat bulan terakhir tahun ini karena proyeksi pemulihan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan di China, dimana sektor otomotif telah melakukan perubahan besar.
Namun, output global mungkin turun lebih dari awal dari yang diperkirakan karena produksi yang lebih rendah di Thailand, yang mana Covid-19 telah mengurangi produktivitas tenaga kerja dan beberapa perkebunan sedang dilanda badai tropis.
Di India, lonjakan kasus Covid-19 baru di negara bagian selatan yang merupakan produsen utama karet yakni Kerala serta jumlah daun gugur yang tidak normal memang mengganggu produksi.
Di lain pihak, harga karet jenis TSR20 untuk kontrak Desember 2020 di bursa Singapura ditutup melemah 1,8 persen atau 2,7 poin ke level US$1,471 per kilogram. Level ini menandai pelemahan pertamanya setelah delapan hari reli.