Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ternyata, Ini Perbedaan Antivirus Kalbe Farma dan Indofarma

PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) mulai memasarkan produk obat antivirus yang mengandung remdesivir.
Sel virus corona
Sel virus corona

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Indofarma Tbk. (INAF) mengumumkan pemasaran dua obat antivirus yang mengandung Remdesivir di Indonesia pada pekan ini.

Covifor menjadi merek dagang produk obat antivirus injeksi yang sudah dipasarkan KLBF mulai Kamis (1/10/2020), sementara INAF memilih produk obat antivirus injeksi dengan merek dagang Desrem untuk didistribusikan mulai pekan depan.

Kedua produk ini sama-sama mengandung Remdesivir yang dipercaya mampu menghambat replikasi virus Covid-19 di dalam organ tubuh manusia.

Adapun, penggunaannya hanya diperuntukkan bagi pasien Covid-19 dengan kondisi kritis ditandai dengan tingkat saturasi oksigen di bawah 94 persen dan sedang menjalani perawatan dengan ventilator mekanik.

Baik Covifor dan Desrem pun hanya dipasarkan ke fasilitas kesehatan rumah sakit dan hanya diberikan atas asistensi tenaga medis profesional. Dari sekian banyak persamaan tersebut, dimanakah letak perbedaan antar keduanya?

Ternyata, Ini Perbedaan Antivirus Kalbe Farma dan Indofarma

Pertama, perbedaan merk dagang, dimana KLBF menggunakan Covifor, sedangkan INAF memakai merk Desrem.

Kedua, harga kedua produk tersebut. Harga obat antivirus Covifor yang telah dipasarkan oleh KLBF berkisar Rp3 juta, sedangkan harga obat antivirus Desrem yang akan dipasarkan oleh INAF diklaim tidak akan menyentuh angka Rp2 juta.

Dilansir dari The Hindu, banderol harga Covifor di negara asalnya India mencapai 5.400 rupee atau sekitar Rp1,09 juta jika dikonversikan ke rupiah berdasarkan kurs Jumat (2/10/2020) rupee ke rupiah di kisaran Rp201,9 per rupee.

Sementara, dilansir dari The Hindustan Times, banderol harga Desrem yang juga berasal dari India berkisar 4.800 rupee atau Rp969,12 ribu jika dikonversikan ke rupiah.

Hal ini jelas mengindikasikan bahwa margin laba yang didapatkan KLBF jauh lebih besar dibandingkan INAF untuk masing-masing produk.

Ketiga, produsen masing-masing produk tersebut. KLBF bekerjasama dengan PT Amarox Pharma Global, anak usaha dari Hetero Healthcare di Indonesia dalam hal pengadaan produk Covifor.

Adapun, INAF lebih memilih bekerjasama dengan Mylan Laboratories Limited dalam hal pengadaan produk Desrem.

Ternyata, Ini Perbedaan Antivirus Kalbe Farma dan Indofarma

Hetero diketahui adalah perusahaan pertama yang meluncurkan produk yang mengandung Remdesivir versi generik di India pada Juni 2020. Hingga saat ini, perusahaan tersebut telah memasok sekitar 800.000 dosis obat untuk lebih dari 100.000 pasien di berbagai negara.

Selain itu, Hetero juga telah memasok Remdesivir ke Asia, Afrika, dan beberapa Negara Amerika Latin serta Commonwealth of Independent States (CIS), sebagaimana tercakup dalam perjanjian lisensi dengan Gilead.

Sementara itu, Mylan adalah perusahaan ketiga di India yang meluncurkan produk yang mengandung Remdesivir versi generik pada Juli 2020 yang juga sudah mendapatkan lisensi dari Gilead.

Mylan adalah perusahaan farmasi yang memiliki portofolio 7.500 produk yang dipasarkan di 165 negara dan teritori. Berdasarkan laman resminya, sebelumnya Mylan menyediakan obat terapi antiretroviral yang digunakan 40 persen pasien pengidap virus HIV/AIDS.

Di sisi lain, berdasarkan sumber Orissa Post, selain Hetero dan Mylan, perusahaan farmasi India yakni Cipla Limited juga menjual produk Remdesivir dengan merek dagang Cipremi dengan harga yang lebih murah yakni 4.000 rupee atau Rp807,6 ribu jika dikonversikan ke rupiah.

Harga jual produk Remdesivir di India relatif lebih murah dibandingkan dengan produk yang dipasarkan Gilead Sciences Inc. di Amerika Serikat yakni sekitar US$520 atau Rp7,73 juta per dosisnya.

Gilead sendiri sudah memberikan lisensi non eksklusif ke beberapa perusahaan farmasi India untuk memproduksi Remdesivir versi generik. Dalam artian, Gilead memutuskan tidak akan menerima royalti dari volume penjualan Remdesivir.

Dengan demikian variasi harga antara produk Remdesivir versi generik dari harga termahal dan termurah di India berkisar 35 persen.

Sebuah studi menyimpulkan bahwa penggunaan Remdesivir dapat meminimalisir masa penyembuhan hingga 31 persen sehingga pasien yang disuntikkan Remdesivir melalui infus bisa sembuh dalam 11 hari, dibandingkan masa perawatan standar 15 hari.

Karena hanya digunakan di bawah pengawasan tenaga medis di rumah sakit, ini artinya penggunaan Remdesivir tentunya menciptakan beban tambahan yakni jasa medis.

Dalam masa perawatan Covid-19, terutama untuk sektor rumah sakit swasta, jasa profesional dan biaya rawat inap lebih mendominasi dibandingkan obat-obatannya sendiri.

Farmasi adalah komoditas yang berbeda karena pasien tidak memiliki pilihan selain daripada membayar apa yang disediakan rumah sakit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper