Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah langsung menggebrak pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (1/10/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, langsung dibuka menguat 60 poin atau 0,40 persen pada pembukaan perdagangan pukul 09.04 WIB. Hingga pukul 09.19 WIB, rupiah masih menguat 0,29 persen menjadi Rp14.836 per dolar AS.
Pada saat bersamaan, indeks dolar AS melemah 0,15 persen ke level 93.743. Secara year-to-date, indeks dollar AS turun 2,75 persen.
Di kawasan Asia, penguatan rupiah beriringan dengan won Korea sebesar 0,53 persen, yuan China naik 0,37 persen, dan Ringgit Malaysia tumbuh 0,25 persen.
Portfolio Manager Gradient Investments LLC. Mariann Motagne mengatakan volatilitas pasar akan bertambah tinggi pada Oktober seiring dengan semakin dekatnya pelaksanaan Pemilu AS.
“Dolar AS akan melanjutkan penguatannya sedikit dan itu merupakan fungsi dari volatilitas di sini, relatif tumbuh dibandingkan mata uang lain tapi sepertinya hanya sementara,” kata Motagne, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (1/10/2020).
Baca Juga
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra sebelumnya mengatakan penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir didorong oleh dolar AS yang masih mengalami tekanan dan dalam tren pelemahan seiring dengan tingginya minat investasi aset berisiko.
“Ada sentimen positif dari data indeks aktivitas manufaktur dan non manufaktur China yang di atas ekspektasi pasar,” ujar Ariston kepada Bisnis, Rabu (30/9/2020).
Kendati menguat, nilai tukar rupiah masih dibayangi penguatan dolar. Ini tidak terlepas dari hasil debat capres AS antara kubu petahana Donald Trump dan kubu penantang Joe Biedn.
"Sepertinya setelah debat tadi malam, perselisihan mungkin telah terbentuk lagi antara kedua pihak dan kemungkinan untuk segala jenis stimulus mungkin telah berkurang," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, dikutip dari Antara.
Debat pertama calon presiden AS antara petahana Donald Trump dan saingan Demokrat Joe Biden membuat investor berhati-hati. Investor lantas mengalihkan pandangan terhadap dolar AS sebagai aset aman.
Adapun indeks dolar diperkirakan akan mencatat bulan terbaiknya sejak Juli 2019. Kenaikan dolar tidak hanya membuat emas tertekan, tetapi juga turut membebani komoditas lain seperti perak.