Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi resesi ekonomi yang terjadi di suatu negara disebut tidak menjadi alasan untuk tidak berinvestasi.
Alih-alih hanya mendiamkan kelebihan dana yang dimiliki, investor dapat menyeimbangkan (rebalancing) portofolio dengan mengalokasikan porsi dana investasi lebih besar ke aset-aset aman atau memiliki tingkat risiko rendah..
Salah satu aset aman tetapi mampu memberikan imbal hasil terukur bahkan saat resesi adalah instrumen berbasis pendapatan tetap (fixed income), baik surat utang itu sendiri maupun reksa dana berbasis obligasi.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich mengatakan resesi merupakan gambaran pertumbuhan laba usaha emiten yang juga negatif dalam jangka pendek.
“[Resesi] Lebih memberikan sentimen negatif jangka pendek ke instrumen saham yg biasanya digerakkan oleh ekspektasi pertumbuhan laba,” kata Farash kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).
Namun demikian, Farash mengingatkan, resesi juga berarti tingkat inflasi rendah atau deflasi.
Pada saat terjadi deflasi, instrumen pendapatan tetap dapat melindungi pendapatan investor. Pasalnya, inflasi rendah akan menguntungkan aset obligasi ditambah potensi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral.
“Instrumen pendapatan tetap berpotensi memberikan real yield yang tetap, sama, atau bahkan lebih besar,” ujar Farash.