Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Variatif, Indeks Topix Jepang Ditutup Berbalik Menguat

Investor masih mencari sentimen positif yang dapat kembali menggairahkan pasar, sambil menantikan keputusan The Fed yang kemungkinan mempertahankan strategi kebijakan moneter yang dovish.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia kembali menutup perdagangan dengan hasil variatif, seiring dengan sikap investor yang menanti kebijakan yang akan diterapkan oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) dalam pertemuan bulanannya.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (16/9/2020), Indeks Kospi Korea Selatan berbalik terkoreksi 0,31 persen dan berada di level 2.435,92. Penurunan juga terjadi pada indeks Shanghai Composite yang turun 0,36 persen ke level 3.283,92.

Sementara itu, indeks Topix Jepang berhasil membalikkan keadaan dan ditutup di zona hijau setelah naik 0,21 persen dan parkir pada kisaran 1.644,35. Tren ini juga diikuti oleh pasar Australia dimana indek S&P/ASX 200 melesat 1,04 persen ke posisi 5.956,10.

Investor masih terus mencari sentimen positif yang dapat kembali menggairahkan pasar setelah reli penguatan yang terhenti pada bulan ini.

Sementara itu, The Fed kemungkinan mempertahankan strategi kebijakan moneter yang dovish dalam pertemuannya pada hari Rabu setelah sebelumnya menyatakan akan mengambil langkah yang lebih longgar terkait inflasi.

DI sisi lain, stimulus yang dikucurka oleh bank sentral masih menjadi penopang sentimen jelang dilakukannya pemilihan umum Presiden Amerika Serikat dan kemungkinan tidak adanya perjanjian antara Inggris dan Uni Eropa.

"Dengan adanya volatilitas pasar dalam beberapa minggu sebelumnya, kemungkinan terjadinya reli positif pada pasar akan sangat sulit mengingat pemilihan umum di AS yang semakin dekat," Ujar Chris Iggo, Chief Investment Officer of Core Investments AXA Investment Managers.

Sementara itu, Organisasi Perdagangan Internasional atau WTO menyatakan Amerika Serikat melanggar peraturan perdagangan antarnegara setelah menetapkan tarif senilai US$234 miliar pada barang-barang ekspor dari China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper