Bisnis.com, JAKARTA – Harga pulp global yang tertekan selama masa pandemi Covid-19 tampak berpengaruh besar terhadap emiten pulp besar di tanah air.
Permintaan pulp global sebenarnya masih cukup stabil. Pengiriman pulp ke seluruh dunia pada kuartal kedua tahun ini naik 1,2 persen yoy menjadi 12,7 juta ton, didukung oleh kenaikan pengiriman ke Amerika Utara yang meningkat 15 persen yoy meski pengiriman ke Eropa turun 10.6 persen yoy.
Secara akumulatif pada semester pertama tahun ini, pasar pulp global mengalami kenaikan volume 6 persen yoy menjadi 26,3 juta ton didukung solidnya permintaan dari China dengan kenaikan 9.0 persen yoy dan Amerika Utara dengan peningkatan 2 persen yoy menjadi 26,3 juta ton.
Namun, efek pandemi yang lebih besar terjadi pada segmen bisnis kertas, sepanjang kuartal kedua saja, permintaan kertas global turun 26,2 persen yoy menjadi 12,8 juta ton, terutama dari Amerika Utara (-32,3 persen yoy) dan Eropa (-32.7 persen yoy).
Secara kumulatif, pada semester pertama tahun 2020, permintaan kertas turun 17,1 persen yoy menjadi 31,3 juta ton, dimana pelemahan permintaan tertinggi dari Amerika Utara sebesar 20.9 persen yoy, dan Eropa 19.9 persen yoy.
Adapun, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. (INKP) setidaknya terpengaruh oleh sentimen penurunan harga pulp global yang terkoreksi 15,8 persen secara tahun tahunan dan 2,9 persen secara kuartalan menjadi US$617,8 per ton pada kuartal kedua tahun 2020, kendati volume pulp global masih menguat 1,2 persen secara tahunan.
Samuel Sekuritas beranggapan bahwa fakta tersebut membuat pihaknya memproyeksikan harga jual rata-rata atau average selling price emiten berkode saham INKP tersebut akan turun 10 persen yoy dikarenakan tren harga pulp dunia yang turun menyebabkan perusahaan juga sulit untuk mempertahankan harga jual rata-rata.
Bersamaan dengan itu, volume penjualan perseroan juga diproyeksikan akan turun 4,1 persen year-on-year terimbas pelemahan penjualan domestik yang lemah akibat PSBB.
Analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi akhirnya menurunkan perkiraan target laba bersih perseroan untuk tahun 2020 sebesar 39.6 persen yoy menjadi US$280 juta. Menurutnya, di tengah pandemi Covid-19, permintaan pulp dunia masih stabil namun pasar domestik sedikit terganggu akibat pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
“Kami memandang harga pulp sulit naik dalam waktu dekat dikarenakan daya beli masyarakat yang melemah setelah ada pandemi COVID-19. Oleh sebab itu, kami juga memperkirakan average selling price hingga tahun fiskal 2021 turun tipis 0,3 persen yoy,” tulis Yosua dalam publikasi risetnya, Kamis (10/9/2020).
Yosua memperkirakan penjualan ekspor pulp INKP akan naik 5.5 persen yoy. Namun, penjualan domestik diperkirakan akan kontraksi 14 persen yoy akibat adanya PSBB dan turunnya daya beli masyarakat. Di sisi lain, sekuritas memperkirakan pendapatan segmen kertas akan turun 11 persen yoy menjadi 1,3 juta ton akibat penurunan volume karena banyaknya penggunaan gadget digital seperti sekolah online yang membuat penggunaan kertas berkurang.
“Dalam jangka panjang, volume penjualan kertas perusahaan kami perkirakan akan stagnan di tengah era digitalisasi. Kami merekomendasikan sell INKP dengan target harga Rp6.900 (6.2x EV/EBITDA FY21F),” tutupnya.