Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tidak Jadi Diakuisisi, Tiffany & Co. Gugat LVMH

Konglomerat barang mewah asal Prancis yang terkenal dengan brand fesyen Louis Vuitton dan Givenchy, LVMH, batal membeli perusahaan perhiasan AS Tiffany & Co.
Logo Tiffany & Co. di salah satu toko retailnya - JIBI
Logo Tiffany & Co. di salah satu toko retailnya - JIBI

Bisnis.com, JAKARTA - Konglomerat barang mewah asal Prancis yang terkenal dengan merek fesyen Louis Vuitton dan Givenchy, LVMH, batal membeli perusahaan perhiasan AS Tiffany & Co.

Bloomberg melaporkan bahwa Tiffany & Co. pun akan menggugat LVMH karena membatalkan kesepakatan bernilai US$16 miliar tersebut.

LVMH beralasan pembatalan itu terpaksa dilakukan karena sengketa dagang antara AS dan Perancis. Namun, Tiffany menduga LVMH tengah berusaha memanfaatkan momentum protes terhadap brutalitas polisi di AS dan pandemi Covid-19 untuk mendapatkan harga yang lebih murah.

Saham Tiffany&Co. anjlok sekitar 10 persen pada awal perdagangan di Bursa AS hari ini sementara saham LVMH turun 1 persen di Paris.

Gugatan Tiffany & Co. terhadap LVMH diajukan di Delaware, bahwa Tiffany menolak permintaan LVMH untuk menghindar dari kesepakatan akuisisi.

“[LVMH] melanggar perjanjian merger, atau transaksi ini dalam beberapa cara tidak konsisten dengan jiwa patriotis sebuah perusahaan Perancis,” tulis Tiffany, seperti dikuti Bloomberg, Rabu (9/9/2020).

LWMH menyampaikan bahwa pemerintah Perancis telah meminta perseroan untuk menunda pembelian Tiffany hingga 6 Januari 2021 karena AS akan mengenakan tarif untuk barang-barang dari Perancis.

“[Pembatalan] ini perintah pemerintah, kami tidak punya pilihan,” kata Direktur Keuangan LVMH Jean-Jacques Guiony.

Adapun AS mengumumkan tarif sebesar 25 persen untuk produk asal Perancis yang termasuk produk kecantikan, sabun, dan tas tangan pada Juli 2020. Tarif tersebut masih ditunda selama 180 hari sembari Perancis membatalkan permintaan pajak layanan digital dari perusahaan AS.

Di AS, Tiffany mengatakan permintaan pemerintah itu tidak memiliki dasar dalam hukum Perancis.

“LVMH harus membayar harga yang lebih tinggi di atas harga pasar untuk Tiffany sebelum pandemi. Tidak mengejutkan, upaya tersebut akhirnya tidak jadi,” kata Trader di Lombard Forte Securities Keith Temperton.

Adapun rencana LVMH membeli Tiffany sudah disepakati sejak November 2019. Namun, pandemi virus corona menjadi kendala karena menyebabkan toko di seluruh dunia tutup dan permintaan terhadap barang mewah berkurang.

Sebelumnya, Tiffany disebut sebagai jalan keluar bagi CEO LVMH Bernard Arnault untuk memperkuat pangsa pasar perseroan di AS. Keluar dari kesepakatan membeli Tiffany ini pun dinilai akan bisa menjadi kemunduran bagi Arnault yang membesarkan bisnisnya lewat sejumlah akuisisi, mulai dari merek fesyen Dior hingga minuman Dom Perignon Champagne.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper