Bisnis.com, JAKARTA – Harga jagung dan kedelai berjangka menunjukkan tren pemulihan setelah China dilanda bencana alam angin topan dan hujan lebat pekan lalu. Negeri Panda pun diperkirakan bisa menjadi importir terbesar komoditas jagung dan kacang kedelai tahun ini.
Mengutip Bloomberg, harga jagung kontrak teraktif Desember 2020 di Chicago Board of Trade (CBOT) terpantau melemah tipis 0,07 persen pada pukul 20.44 WIB, setelah sempat menguat 1,26 persen ke level US$362,5 per gantang pada Selasa (8/9/2020) pukul 15.21 WIB.
Sejak awal tahun, harga terkikis 9,94 persen, tetapi mulai pulih dari level terendah US$320 pada April 2020.
Selanjutnya harga kedelai berjangka kontrak teraktif November 2020 di CBOT melemah 0,46 persen, setelahjuga sempat menguat 0,75 persen ke level US$975,25 per gantang. Harga bergerak mendekati level tertinggi dalam 5 tahun yang pernah dicapai pada 2017 senilai US$1.006 per gantang.
Adapun, angin topan yang melanda area perkebunan jagung dan kedelai terbesar di China selama dua pekan berturut-turut telah merusak panen di sana. Tak hanya perkebunan, banjir yang terjadi akibat hujan lebat juga merusak jalur transportasi untuk distribusi komoditas.
Bencana alam ini terjadi bertepatan ketika permintaan dari peternak lokal dan industri pengolahan sedang tinggi-tingginya. Kekurangan pasokan jagung dari dalam negeri pun membuat China berpotensi menambah pembelian impor, utamanya dari Amerika Serikat.
Baca Juga
Sebelumnya, China sempat membeli jagung dalam jumlah banyak dari AS untuk menjaga pasokan dan gap sisi penawaran.
Commodity Strategist Commonwealth Bank of Australia Tobin Gorey menjelaskan angin topan yang melanda wilayah Timur Laut China menyebabkan banjir karena diikuti oleh hujan lebat.
“Banjir tersebut merusak tanaman jagung. Tanaman jagung dalam jumlah besar dari AS, juga dalam konteks global, akan menjadi sangat berguna [bagi China],” kata Gorey seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (8/9/2020).
Adapun, angin topan ketiga bernama Haishen diperkirakan kembali membawa hujan lebat di Provinsi Heilongjiang dan Jilin pada pekan ini.
Seorang petani jagung di Heilongjiang, provinsi yang terletak di Timur Laut China, bernama Jiang Zhiyou hanya dapat menatap tak berdaya ke perkebunan jagung miliknya seluas 100 hektar yang dirusak angin topan dan hujan.
“Hujan datang di waktu yang tidak tepat. Harusnya hujan turun 40 hari lebih awal ketika bibit sangat membutuhkan air,” kata Jiang sambil menambahkan bahwa bencana serupa pernah terjadi pada 2016.
Senada, petani jagung Wang Yanlong mengatakan bahwa jagung-jagung yang dirusak oleh topan dan hujan lebat tersebut sudah siap panen.
Bencana alam pun memupuskan harapan Wang untuk mengompensasi kekurangan panen pada musim semi karena terlambat panen juga karena hujan.
“Saya berharap masih ada masa panen yang baik. Tapi kita tak pernah bisa yakin,” ujar Wang.
Adapun bencana angin topan yang terjadi pada 2016 di China membuat panen di perkebunan Wang turun hingga seperempat dari level panen normal.
Permintaan Meningkat
Musim panen di negara produsen jagung terbesar di dunia setelah AS ini memang menjadi perhatian karena pasokan jagung dan kedelai yang ada dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kenaikan permintaan dari industri pengolahan dan peternakan.
Harga jagung domestik di China bahkan mencapai level tertingginya dalam lima tahun. Di sisi lain, harga jagung dari AS menjadi semakin kompetitif.
Wilayah timur laut merupakan pemasok lebih dari 100 juta ton jagung untuk seluruh daerah di China. Akan tetapi, jumlah produksi yang didistribusikan ke seluruh China dari wilayah ini mulai berkurang karena permintaan dari industri pengolahan lokal naik signifikan.
Selain dari industri pengolahan, industri peternakan babi juga menunjukkan ekspansi agresif karena China ingin memperbesar kapasitas dan mengefisienkan industri peternakan sebagai upaya melawan demam babi Afrika.
Perusahaan seperti Wens Foodstuff Group dan Muyuan Foodstuff Co. menjadi korporasi yang memimpin tren perluasan industri peternakan tersebut dan paling banyak menyerap jagung.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, China telah membeli jagung dari AS dan Ukraina melebihi 10 juta ton. Chief Analyst Feng Lichen di portal www.yumi.com.cn memperkirakan China akan menambah pembelian jagung hingga 20 juta ton pada tahun ini jika harga jagung di AS lebih kompetitif.
Praktis, pembelian itu akan membuat China menjadi importir jagung terbesar di dunia.
Setali tiga uang, penambahan pembelian jagung oleh China dari AS juga dapat memuluskan kesepakatan dagang antara kedua negara. Seperti diketahui, dua ekonomi terbesar di dunia ini masih dalam periode perang dagang sejak 2018.
“Impor selama ini dibeli oleh perusahaan milik negara dan dijual dengan harga diskon untuk menguntungkan pabrik pakan ternak di wilayah selatan China,” ujar Feng.
Feng melanjutkan lonjakan impor jagung ke China akan membuat negara yang dibawahi Presiden Xi Jinping itu bergantung dengan pasar global untuk mendapatkan pasokan dalam jumlah besar. Saat ini, China telah menjadi importir terbesar kacang kedelai yang tercermin lewat porsi pembelian 60 persen kacang kedelai dunia.
Selain jagung, kekurangan pasokan kedelai juga membuka jalan bagi kenaikan impor kedelai AS ke China. Harga kedelai berjangka di AS pun telah naik selama sebelas hari berturut-turut atau penguatan terpanjang sejak 2017.