Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk., telah mengantongi kontrak penjualan hingga 90 persen dari total produksi yang ditargetkan tahun ini hanya dalam delapan bulan pertama 2020.
Director & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa perseroan masih tetap mempertahankan panduan volume produksi yang ditargetkan pada awal tahun ini, di kisaran 85 juta hingga 89 juta ton.
“Kami sudah mengantongi kontrak penjualan sekitar 90 persen untuk mencapai target volume produksi tahun ini,” ujar Srivastava kepada Bisnis, Selasa (1/9/2020).
Untuk diketahui, volume produksi yang ditargetkan emiten berkode saham BUMI untuk tahun ini cenderung lebih rendah daripada realisasi produksi pada tahun lalu sebesar 86 juta ton.
Adapun, hingga Juni 2020, volume produksi BUMI sudah mencapai 41 juta ton, naik 5 persen dari 39,1 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Overburden removal perseroan naik 11 persen menjadi 326,6 juta bcm dari periode yang sama tahun lalu sebesar 294,8 juta bcm.
Sementara itu, volume penjualan semester I/2020 masih stabil di angka 41,2 juta ton yang terdiri atas penjualan dari PT Kaltim Prima Coal sebesar 29,5 juta ton dan PT Arutmin sebesar 11,6 juta ton.
Baca Juga
Srivastava menjelaskan bahwa tantangan terbesar perseroan di sisa tahun ini adalah sentimen di sektor bisnis batu bara seiring dengan tidak stabilnya permintaan pasar, terutama di China dan India.
Hal tersebut telah mempengaruhi harga batu bara global sehingga berdampak pada pendapatan, margin, hingga arus kas perseroan.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, BUMI membukukan rugi bersih sepanjang semester I/2020 sebesar US$86,17 juta, berbanding untung US$80,7 juta pada periode semester I/2019
Menurut Srivaastava, kinerja peseroan turun seiring dengan penurunan harga batu bara sebesar 12 persen menjadi US$46,9 per ton. Hal itu membuat BUMI terpacu untuk memperkaya bauran produk batu bara.
Salah satunya dengan produksi batu bara yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar seperti menggenjot produksi batu bara kalori tinggi. Sepanjang paruh pertama 2020, rasio produksi BUMI antara batu bara kalori tinggi dan rendah adalah sebesar 2:1.
“Selain itu, perseroan juga akan mengintensifkan penjualan kontrak, menjaga pangsa pasar, dan mengurangi biaya produksi. Kami juga akan menjaga normalitas produksi batu bara di tambang kami selama pandemi saat ini,” papar Srivastava.