Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Bumi Resources Tbk., membukukan rugi bersih sepanjang semester I/2020 sebesar US$86,17 juta.
Realisasi itu berbanding terbalik dengan capaian semester I/2019 yang mencatatkan laba periode yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$80,7 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hal itu pun sejalan dengan penurunan pendapatan perseroan menjadi sebesar US$1,97 miliar, melemah 13 persen daripada periode yang sama tahun lalu sebesar US$2,27 miliar.
Padahal, beban pokok penjualan emiten berkode saham BUMI itu berhasil ditekan menjadi hanya sebesar US$1,73 miliar, lebih rendah 7 persen dibandingkan dengan US$1,86 miliar pada semester I/2019.
Direktur dan Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengatakan bahwa penurunan kinerja keuangan perseroan pada paruh pertama tahun ini disebabkan oleh realisasi harga batubara pada semester I/2020 mengalami penurunan tajam sebesar 12 persen.
Adapun, realisasi harga penjualan batu bara pada semester I/2020 sebesar US$46,9 per ton, lebih rendah daripada semester I/2019 sebesar US$53,2 per ton. Sementara itu, volume penjualan masih stabil di angka 41,2 juta ton yang terdiri atas penjualan dari PT Kapuas Prima Coal sebesar 29,5 juta ton dan PT Arutmin sebesar 11,6 juta ton.
Baca Juga
“[Penurunan harga itu] karena permintaan batubara yang tidak stabil dari China, India, dan sebagian besar Asia. Hal ini dipicu oleh Pandemi Covid- 19 sebagai faktor penyebab utama,” tulis Dileep seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (1/9/2020).
Di sisi lain, Dileep menyebutkan perseroan masih dapat menjaga kinerja operasional meskipun sektor batubara masih belum kondusif, dan pandemi yang terus berlanjut. Volume produksi BUMI sepanjang enam bulan pertama tahun ini sebesar 41 juta ton, naik 5 persen dari 39,1 juta ton pada semester I/2019.
Overburden removal perseroan naik 11 persen menjadi 326,6 juta bcm dari periode yang sama tahun lalu sebesar 294,8 juta bcm.
Adapun, total inventori batu bara BUMI hingga akhir Juni 2020 sebesar 2,7 juta ton, naik 5 persen dari sebelumnya sebesar 2,6 juta ton pada semester I/2019.
“Meski ketidakpastian pasar masih membebani harga batubara dalam jangka pendek, perseroan berkeyakinan bahwa ke depannya industri batubara akan terus berkembang, terutama dengan pengembangan proyek-proyek hilirisasi batubara dalam jangka menengah,” papar Dileep.
Pada tahun ini, BUMI menargetkan volume produksi di kisaran 85 juta ton hingga 89 juta ton dengan rata-rata harga US$46 per ton hingga US$49 per ton dan beban biaya sebesar US$32 per ton hingga US$34 per ton.