Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen The Fed Masih 'Ngefek', Bursa AS Dibuka Menguat

Indeks S&P 500 menguat 0,2 persen menjadi 3.491.28 pada pukul 20.33 WIB, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,2 persen di posisi 28.536,85, level tertinggi dalam enam bulan terakhir.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat menguat di hari ketujuh berturut-turut pada awal perdagangan Jumat (28/8/2020) seiring dengan respons investor terhadap pendekatan inflasi Federal Reserve.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 menguat 0,2 persen menjadi 3.491.28 pada pukul 20.33 WIB, sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,2 persen di posisi 28.536,85, level tertinggi dalam enam bulan terakhir.

Sementara itu, indeks Nasdaq Composite terpantau menyentuh level tertinggi sepanjang masa dengan penguatan 0,5 persen ke level 11.679,69.

Indeks terus menguat setelah Gubernur The Fed Jerome Powell memberi isyarat bahwa bank sentral akan tetap akomodatif dan memperlebar toleransi terhadap laju inflasi.

"Saham tampaknya menikmati yang terbaik dari dua sisi, karena mereka melihat tanda-tanda peningkatan momentum ekonomi sementara stimulus moneter terus menjadi sangat akomodatif. Lebih banyak stimulus fiskal kemungkinan akan segera terjadi," kata analis pasar global di StoneX, Yousef Abbasi.

"Langkah The Fed kemarin kemungkinan akan memberikan jaminan yang dibutuhkan bagi aset berisiko," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Laju dolar AS juga terpukul oleh lonjakan yen di tengah berita bahwa Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe akan mengundurkan diri karena alasan kesehatan. Sementara itu, obligasi Eropa memangkas penurunan sebelumnya bersama dengan obligasi Treasury AS setelah ukuran kepercayaan ekonomi kawasan euro membaik.

Pergeseran sikap Powell memberikan dorongan lain untuk saham secara global, yang menuju penguatan minggu kelima seiring dengan investor yang memantau kemajuan pengembangan vaksin. Dorongan ini membantu menggerakkan kurva imbal hasil AS ke level tertajam dalam dua bulan terakhir.

Analis pasar Asia di JPMorgan Asset Management, Tai Hui, mengatakan kebijakan moneter kemungkinan akan tetap akomodatif dalam waktu yang lama.

"The Fed tidak hanya harus memberikan dukungan yang cukup untuk membantu ekonomi melewati tekanan pandemi, tetapi juga kebijakan suku bunga harus dijaga tetap rendah setelahnya untuk menghasilkan tekanan inflasi yang cukup," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper