Bisnis.com, JAKARTA — PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) mengalokasikan dana sekitar Rp300 miliar hingga Rp400 miliar untuk pembangunan dua rumah sakit di tahun depan. Ekspansi ini melanjutkan belanja investasi untuk pembangunan rumah sakit tahun ini yang menelan dana hampir Rp300 miliar.
Chief Financial Officer Mitra Keluarga Joyce Handajani mengatakan perseroan bakal membangun dua rumah sakit baru di akhir tahun ini. Keduanya akan menjadi rumah sakit ke 27 dan 28 grup Mitra Keluarga.
“Rencananya rumah sakit ke 27 akan mulai [dibangun] di kuartal keempat kalau tidak ada kendala, untuk ke 28 secepat-cepatnya di first quarter tahun depan,” tuturnya dalam sesi paparan publik via layanan daring, Senin (24/8/2020).
Lebih lanjut dia menyatakan besaran anggaran untuk tiap rumah sakit tersebut antara Rp150 miliar hingga Rp300 miliar Jumlah investasi yang digelontorkan tergantung dengan ukuran rumah sakit yang akan dibangun, termasuk luas tanah dan kapasitas tempat tidurnya.
Untuk sumber dana yang akan digunakan pada pembangunan kedua rumah sakit tersebut, Joyce menyebut pihaknya bakal menggunakan pos dana yang didapat dari initial public offering (IPO).
“Untuk tepatnya saya kurang ingat berapa [sisa dana IPO yang tersedia] tapi rencananya akan menggunakanan dana IPO kami,” imbuh dia.
Baca Juga
Pada tahun ini, emiten bersandi saham MIKA itu telah menganggarkan Rp283 miliar untuk ekspansi. Jumlah tersebut hanya untuk pembangunan satu rumah sakit baru di Surabaya, Jawa Timur.
Investor Relation Mitra Keluarga Aditya Widjaja mengatakan proses pembangunan rumah sakit tersebut per Jui 2020 telah menelan sekitar 50 persen dari capex atau sekitar Rp141 miliar. Adapun progres konstruksi sudah mencapai 90 persen.
“Harapannya akhir tahun ini bisa kami buka rumah sakit ke 26 ini,” ungkap Aditya.
Sementara itu, dari segi kinerja fundamental, emiten berkode saham MIKA tersebut tercatat belum mampu mencetak kinerja yang cemerlang sepanjang periode semester pertama tahun ini.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2020, perseroan mencetak pendapatan Rp1,44 triliun, menurun 9,03 persen secara tahunan. Dari situ, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk juga ikut terkoreksi bahkan lebih dalam yakni 19,61 persen secara tahunan menjadi Rp288,74 miliar.
Aditya menjelaskan penurunan kinerja keuangan perseroan tidak hanya disebabkan oleh ketakutan masyarakat untuk mengunjungi rumah sakit diakibatkan oleh penyebaran Covid-19.
Tetapi juga hal ini diperparah dengan kekhawatiran beberapa dari tenaga medis senior yang sudah memiliki riwayat penyakit tertentu sehingga memilih untuk mengurangi jam praktek pada periode awal tahun.