Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Bahas Potensi Pemangkasan Pajak, Mayoritas Bursa Asia Menguat

indeks Topix dan Nikkei 225 kompak ditutup menguat 2,54 persen dan 1,88 persen. Sementara itu, indeks Kospi ditutup menguat 1,35 persen.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas bursa saham Asia menguat bersama dengan indeks berjangka AS setelah Presiden Donald Trump mengatakan dia tengah mempertimbangkan pemotongan pajak atas capital gain.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (11/8/2020), indeks Topix dan Nikkei 225 kompak ditutup menguat 2,54 persen dan 1,88 persen. Sementara itu, indeks Kospi ditutup menguat 1,35 persen, sedangkan indeks Hang Seng naik 1,93 persen.

Di sisi lain, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China berakhir melemah masing-masing 1,15 persen dan 0,91 persen.

Momentum positif melaju di Asia menyusul penguatan di bursa AS, setelah jumlah pasien rawat inap akibat virus corona di negara bagian terpadat AS mengalami penurunan, bahkan ketika kasus global melampaui angka 20,2 juta.

Kontrak berjangkan indeks S&P 500 terpantau menguat 0,4 persen, menempatkan indeks di jalur untuk mendekati level tertinggi sepanjang masa yang dicapai bulan Februari lalu.

Sementara itu, dolar AS menahan kenaikan selama dua hari terhadap mata uang utama lainnya, sedangkan euro stabil sebelum rilis survei ZEW Jerman. T

Pasar merespons positif komentar Trump mengenai potensi pemotongan pajak, penurunan rawat inap di California dan New York, dan dari data ekonomi China yang kuat.

Namun, meski butuh enam bulan setelah virus pertama kali muncul di China untuk mencapai angka 10 juta infeksi, penyebarannya terus meningkat dan berlipat ganda dalam enam minggu terakhir.

Kepala analis investasi global di BlackRock Investment Institute, Mike Pyle, mengatakan rebound dalam aktivitas akan bergantung pada pola penyebaran wabah, respons kebijakan, dan potensi perubahan pada perilaku konsumen dan perusahaan

“Kesuksesan bukan hanya tentang memulai kembali ekonomi dan menahan penyebaran virus. Kami cukup pro terhadap risiko," ungkapnya, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper