Bisnis.com,JAKARTA — Emiten sektor terkait pariwisata dan penerbangan mendapatkan angin segar dari rencana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (6/8/2020).
Presiden menyoroti penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara. Kondisi itu menurutnya menjadi momentum memperbaiki sektor pariwisata dan penerbangan.
Salah satu strategi yang diungkapkan yakni menggabungkan badan usaha milik negara (BUMN) penerbangan dan pariwisata. Jokowi meyakini kebijakan tersebut dapat membuat sektor pariwisata nasional semakin kuat saat pandemi Covid-19 berakhir.
Kabar itu menjadi angin segar bagi para investor dan langsung berdampak terhadap emiten khususnya sektor penerbangan. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. lepas landas jelang penutupan perdagangan dan menguat 7,50 persen ke level Rp258 pada sesi Kamis (6/8/2020).
Di sisi lain, emiten pariwisata, restoran, dan perhotelan tengah menghadapi tekanan pada semester I/2020. Hal itu tercermin dari realisasi kinerja keuangan paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan data laporan keuangan semester I/2020 dari 16 emiten sektor pariwisata, perhotelan, dan restoran yang dihimpun Bisnis, hanya satu emiten yang mampu mencetak laba bersih. Sisanya, berbalik merugi, kerugian menyusut, atau rugi membengkak.
Analis PT Panin Sekuritas Tbk. William Hartanto mengatakan dampak dari kebijakan ini akan tergantung dari realisasi. Sejauh ini menurutnya belum terlihat emiten yang prospektif.
Kendati demikian, William menilai kalau strategi itu berjalan dan berhasil akan membangkitkan emiten terkait sektor pariwisata. Saham-saham minuman beralkohol seperti PT Multi Bintang Indonesia Tbk. (MLBI) dan PT Delta Djakarta Tbk. (DLTA) berpotensi menguat.
“Transportasi penerbangan GIAA juga menguat karena berarti akses-akses ke tempat pariwisata berpotensi dibuka atau ditambah,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (6/8/2020).
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengungkapkan hal senada. Apabila rencana pemerintah berjalan, besar kemungkinan akan menjadi katalis positif bagi emiten sektor pariwisata.
“Apabila memang pasar menilai program yang dijalankan akan berpengaruh signifikan dalam pertumbuhan sektor pariwisata biasanya akan direspon baik oleh pasar dan berpengaruh terhadap pergerakan sahamnya,” ujarnya.
Hendriko mengatakan rata-rata emiten di sektor hotel dan pariwisata kurang likuid secara teknikal. Beberapa emiten yang terbilang likuid diperdagangkan masih dalam fase downtrend.
“Sehingga rekomendasi dari kami masih wait and see,” imbuhnya.